Kamis, 15 Maret 2012

Technology hawk eye

Semua unsur dalam sepak bola ingin segera menerapkan teknologi ini. FIFA baru akan melakukan percobaan di ajang Premier League musim depan.


Setelah tiga tahun menjadi perdebatan, akhirnya FIFA bakal menerapkan teknologi hawk-eye, mulai musim depan di ajang Premier League. Teknologi yang sebelumnya sudah diterapkan di cabang olahraga tenis dan kriket ini hanya butuh waktu setengah detik untuk mengetahui keakuratan terjadinya sebuah gol.
Kendati sudah setuju, FIFA belum akan menerapkan teknologi canggih ini di setiap pertandingan Premier League. FIFA bersama FA baru akan melakukan percobaan di tiga stadion yang tak disebutkan namanya, selama enam bulan. Keputusan itu diambil, karena FIFA benar-benar ingin memastikan kalau teknologi hawk-eye tersebut benar-benar akurat 100 persen.
“Kalau suatu teknologi bisa digunakan untuk mengembangkan sepak bola, kenapa tidak? Sepp Blatter sudah dengan jelas mengatakan, jika ada teknologi baru yang bisa diterapkan di dunia sepak bola, maka kita harus bisa menerimanya,” kata Jerome Valcke, Sekjen FIFA.
Kabar ini tentu saja menggembirakan bagi Paul Hawkins, chief executive perusahaan pencipta teknologi hawk-eye. “Sistem kami untuk sepak bola sebenarnya secara teknis lebih mudah dibandingkan kriket. Teknologi ini bukan untuk menyingkirkan siapapun, tapi untuk membuat segalanya lebih baik,” kata dia.

“Kami berharap, dalam kontrak nanti, FIFA memiliki peraturan yang melarang kami melaporkan hasil percobaan penerapan teknologi ini. Semua dilakukan agar tak mengganggu keputusan wasit. Kami hanya ingin menunjukkan kalau teknologi ini akan sangat menguntungkan wasit, dan bukan menjadi alat untuk menunjukkan jika wasit sudah membuat keputusan yang keliru,” lanjut dia.
Harapan Hawkins mungkin bisa menjadi kenyataan, karena FIFA memutuskan jika hasil percobaan akan tetap bersifat rahasia. Kerahasiaan tersebut akan tetap dijaga hingga Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) menyetujui penggunaan teknologi ini. IFAB sendiri adalah badan memutuskan semua perubahan peraturan di dunia sepak bola.
Menurut Hawkins, pihaknya sudah melakukan simulasi 250 gol yang dianggap sedikit kontroversial selama ini. Kesimpulannya, dari jumlah tersebut, sekitar 72 persen keputusan wasit sudah tepat, 76 persen keputusan asisten wasit benar, dan 81 persen keputusan ofisial di belakang gawang benar.
Meski sudah menyodorkan data itu ke FIFA, Presiden FIFA, Sepp Blatter, masih saja keberatan pada awalnya. Dikatakannya, tak semua gerak di lapangan bisa direkam hanya oleh kamera dan teknologi tak sesuai bagi dunia sepak bola. Tapi, pendapat itu sepertinya semakin meluntur, dari tahun ke tahun.
Pasalnya, semakin banyak gol yang dianggap berbau kontroversial atau gol yang sebenarnya sudah sah, tapi dianggap tak melewati garis gawang. Seperti yang terjadi pada gol Frank Lampard yang dianggap tidak sah saat Inggris menghadapi Jerman pada Piala Dunia tahun lalu. Yang otomatis, berbuntut pada kekalahan Inggris dan tersingkir dari Piala Dunia.

Leave a Reply

 
 

Blog Archive

Daftar Blog Saya

Blogger news