Minggu, 01 Juli 2012

struktur sedimen

Pasir dan lumpur mungkin terendapkan dalam lingkungan yang bervariasi aktivitas arus atau gelombangnya atau suplai sedimennya berkaitan dengan kekuatan arus atau tenaga gelombang. Contoh, setting tidal (11.2) menampilkan perubahan reguler dalam energi dalam bagian-bagian yang berbeda dari siklus tidal, memperkenankan pasir tertransportasikan dan terendapkan pada tahap yang sama dan lumpur terendapkan dari suspensi. Hal ini mungkin mengawali perselingan sederhana lapisan pasir dan lumpur, tapi jika ripples terbentuk dalam pasir karena arus atau aktivitas gelombang yang kemudian menyusun struktur sedimen (Gambar 4.25) mungkin hasilnya tergantung pada perbandingan lumpur dan pasir. Flaser bedding dicirikan oleh lumpur tipis yang terisolasi diantara cross laminae pasir. Lenticular bedding disusun oleh ripples pasir yang terisolasi yang keseluruhannya dikelilingi oleh lumpur. Bentuk menengah tersusun dari perbandingan pasir dan lumpur yang kira-kira jumlahnya sama disebut wavy bedding (Reineck & Singh 1973).

Gambar 4.25 Campuran-campuran pasir dan lumpur dalam perbandingan yang berbeda-beda yang menghasilkan bentuk yang berbeda-beda, lenticular dan wavy bedding. (Menurut Reineck dan Singh 1973).



4.6 Aliran Massa (Mass Flows)

Campuran detritus dan fluida yang bergerak di bawah kontrol gravitasi oleh beberapa mekanisme fisika yang berbeda yang mungkin bekerja secara individual atau kombinasi. Tipe-tipe aliran ini dikenal secara kolektif sebagai aliran massa atau aliran gravitasi (gravity flow) (Middleton & Hampton 1973). Semuanya memerlukan lereng yang menyediakan energi potensial untuk menggerakkannya, tapi ketika aliran telah dimulai maka mungkin berlanjut dengan pengaruh momentumnya.


4.6.1 Aliran Debris

Aliran ini padat, campuran kental (viscous) sedimen dan air yang mana volume dan massa sedimen yang ada melebihi airnya (Leeder 1982). Air mungkin menyusun kurang dari 10 % aliran. Aliran padat, campuran kental jenis ini biasanya memiliki angka Reynold yang sangat rendah jadi kemungkinan besar alirannya adalah laminar (4.2.1). Dalam ketiadaan turbulen, tidak ada dinamika pemilahan material ke dalam ukuran-ukuran yang berbeda yang terjadi selama aliran dan menghasilkan endapan yang terpilah sangat buruk. Beberapa pemilahan mungkin berkembang oleh pengendapan yang lambat dan ada kemungkinan gradasi terbalik yang lokal yang dihasilkan oleh shear (gerusan, gerak pindah yang cepat) pada batas lapisan. Material semua ukuran dari lempung hingga bongkah besar mungkin saja ada.
Aliran debris terjadi di daratan, umumnya di dalam lingkungan kering dimana suplai air jarang, dan di dalam lingkungan laut (submarine) dimana transportasi material menuruni lereng kontinen (continental slope). Ketika aliran debris telah dimulai, kemiringan lereng yang diperlukan untuk mengatasi gesekan hanya sekitar 1 °. Pengendapan terjadi ketika gesekan internal menjadi terlalu besar dan aliran ‘membeku’. Tidak harus adanya perubahan ketebalan endapan dalam arah proximal hingga distal dan distribusi ukuran butir mungkin sama di seluruh endapan. Endapan aliran debris di daratan biasanya matrix-supported conglomerates, meskipun clast-supported deposit juga terjadi jika klastik besar jumlahnya relatif tinggi di dalam campuran sedimen. Terpilah buruk dan menunjukkan kemas yang kacau-maksudnya, biasanya tidak ada orientasi tertentu pada klastik-kecuali di dalam zona shearing yang mungkin terbentuk di dasar aliran. Klastik besar yang terbawa oleh aliran mungkin tetap berada di bagian teratas dari unit aliran dan menonjol keluar dari lapisan ketika terendapkan. Hal ini memberikan bentuk permukaan teratas yang tidak beraturan pada endapan aliran debris.
Ketika aliran debris berjalan melewati air, kemungkinan sebagiannya bercampur dengan air dan di bagian teratas aliran mungkin menjadi cair (dilute). Oleh karena itu bagian teratas dari aliran subaqueous debris dicirikan oleh gradasi semakin ke atas menjadi terpilah baik, sedimen bergradasi yang mungkin memiliki karakteristik arus turbidit (4.6.2). Lingkungan pengendapan dimana aliran debris terjadi adalah terutama pada kipas aluvial (8.4.2) dan aliran arus ephemeral (mengalir sementara waktu) (8.3.1) di dalam lingkungan kontinen. Di dalam lingkungan laut aliran debris ini terjadi pada lereng kontinen (continental slope) (15.2.3) dan bagian yang dekat dataran cekungan serta sekitar gunung laut volkanik dan kepulauan volkanik (16.4.4).


4.6.2 Arus Turbidit (Turbidity Currents)

Arus turbidit adalah campuran sedimen dan air dengan kepadatan kurang dari aliran debris dan memiliki angka Reynold yang lebih tinggi. Arus turbidit adalah campuran sedimen dan air yang bergerak di bawah kontrol gravitasi berkaitan dengan perbedaan densitas dengan media yang kurang padat yaitu air laut atau air tawar. Hampir semua arus turbidit diawali dengan gerak menuruni lereng yang menyediakan energi potensial, tapi pergerakan pada permukaan horizontal melewati jarak yang panjang juga mungkin dengan ketentuan bahwa perbedaan densitas terpelihara. Arus turbidit mungkin kehilangan densitasnya oleh pengendapan sedimen jika aliran dipenuhi (overloaded) sedimen, benar begitu bagi semua kasus kecuali arus turbidit yang paling cair (Allen 1997). Batas aliran arus turbidit tercapai ketika perbedaan densitas tidak cukup lama memelihara momentum dan berkurang kecepatannya hingga nol pada titik akhir (point end) aliran. Pemilahan terjadi di dalam aliran turbulen, memisahkan material lebih kasar yang terendapkan terlebih dulu dari yang lebih halus yang dapat terjaga dalam suspensi turbulen untuk waktu yang lebih lama. Turbidit (turbidites), endapan arus turbidit (Gambar 4.26), oleh karena itu hampir semua biasanya bergradasi (Middleton 1966).



Gambar 4.26 Fitur-fitur arus turbidit.


Secara detail, karakteristik internal turbidit menunjukkan lebih dari sekedar gradasi sederhana: pola tekstur dan struktur sedimen dalam endapan ini pertama kali dicatat oleh Bouma (1962) setelah itu karakteristik internal ini dinamai Bouma sequence. Endapan turbidit ideal mengandung lima divisi (‘a – e’) di dalam skema Bouma (Gambar 4.27), meskipun hampir semua turbidit tidak mengandung semua lima divisi ini.
DIVISI BOUMA ‘a’ (Ta)

Bagian terendah terdiri dari pemilahan yang buruk, pasir tanpa struktur. Hal ini dihubungkan dengan pengendapan dengan menurunnya kecepatan aliran dimana zona yang dekat dengan dasar memiliki hiperkonsentrasi dan turbulen tereduksi. Terdapat sedikit pemilahan dalam lapisan dasar (basal) ini dan tidak ada struktur sedimen yang terbentuk.


DIVISI BOUMA ‘b’ (Tb)

Laminasi pasir adalah karakteristik lapisan ini: ukuran butir biasanya lebih halus daripada dalam lapisan ‘a’ dan materialnya terpilah lebih baik. Lamina sejajar dihasilkan oleh pemisahan butir-butir dalam transport rezim aliran atas (upper flow regime) (4.3.6).


DIVISI BOUMA ‘c’ (Tc)
Laminasi pasir sedang hingga pasir halus, terkadang dengan climbing ripples lamination, membentuk divisi tengah Bouma sequence. Ripples terbentuk dalam pasir berbutir halus hingga sedang pada kecepatan aliran sedang (moderate) (Gambar 4.19) dan mewakili pereduksian kecepatan aliran dibandingkan dengan divisi ‘b’ dengan plane bedding-nya. Climbing ripples terbentuk dimana tingkat sedimentasi sebanding terhadap tingkat migrasi ripples, kondisi yang umumnya tercapai dalam arus turbidit dimuati sedimen (sediment-laden).


DIVISI BOUMA ‘d’ (Td)

Pasir halus dan lanau dalam lapisan ini adalah hasil penyusutan aliran arus turbidit. Lamina horizontal mungkin terjadi berkaitan dengan pemisahan ukuran butir halus tapi laminasi umumnya kurang baik terbentuk daripada dalam lapisan ‘b’.


Gambar 4.27 Pola vertikal variasi ukuran butir dan struktur sedimen yang terbentuk di dalam turbidit bertipe butir sedang. Ini adalah Bouma sequence, terdiri dari lima divisi: a, b, c, d dan e. (Menurut Bouma 1962).




DIVISI BOUMA ‘e’ (Te)

Bagian teratas turbidit terdiri dari sedimen berbutir halus berukuran lanau dan lempung. Material ini terendapkan dari suspensi ketika arus turbidit berhenti mengalir. Bagian ini sering tidak dapat dibedakan dari sedimentasi ‘berlatarbelakang’ dari suspensi dalam tubuh air di sekelilingnya.


PERUBAHAN PROXIMAL HINGGA KE DISTAL DALAM ENDAPAN TURBIDIT

Ketika aliran arus turbidit melewati tubuh air, arus ini menjadi berkurang densitasnya karena pengendapan sedimen di dasarnya, hilangnya (dissipation) fluida padat dalam pusaran arus (vortices) pada kepala aliran (Gambar 4.26) dan masuknya beberapa fluida yang berasal dari sekelilingnya ke dalam aliran. Pereduksian densitas menyebabkan alian menurun kecepatannya, dan pada kecepatan yang lebih rendah kapasitas arus turbidit untuk membawa sedimen kasar dan padat tereduksi. Pada tipe ini hampir semua arus turbidit alirannya menyusut (Middleton & Hampton 1976), dengan meningkatnya jarak, endapan akan menjadi lebih halus karena material lebih kasar secara progresif terendapkan dari aliran (Lowe 1982; Stow 1994). Bagian yang lebih rendah Bouma Sequence hanya ada dalam bagian yang lebih proximal dari aliran. semakin ke arah distal divisi yang lebih rendah secara progresif semakin menghilang karena aliran hanya membawa sedimen yang lebih halus (Gambar 4.28) dan hanya bagian ‘c’ hingga ‘e’ atau mungkin saja hanya ‘d’ dan ‘e’ Bouma sequence yang terendapkan. Ketebalan satu endapan arus turbidit tunggal mungkin dari puluhan meter hingga beberapa milimeter.



Gambar 4.28 Perubahan dari proximal sampai distal di dalam endapan yang terbentuk oleh arus turbidit.



EROSI DI DALAM RANGKAIAN TURBIDIT

Struktur sedimen di atas dasar turbidit adalah hal umum. Aliran turbulen yang kuat menggerus hingga ke sedimen yang mendasarinya ketika aliran ini melintas di atasnya dan menghasilkan flute mark dan groove dan fitur erosi lainnya (4.8). Fitur ini petunjuk paleocurrent yang berguna di dalam endapan turbidit. Penggerusan mungkin cukup kuat untuk memindahkan keseluruhan bagian atas lapisan yang terendapkan sebelumnya, khususnya di bagian aliran yang lebih proximal dimana energi turbulennya merupakan yang tertinggi. Oleh karena itu kemungkinan ketiadaan divisi ‘d’ dan ‘e’ karena erosi ini. Sedimen yang tererosi mungkin tertransportasikan menjadi endapan yang menutupi sebagai klastik lumpur.


TURBIDIT BERKONSENTRASI TINGGI

Bouma sequence mencirikan beberapa turbidit, meskipun banyak endapan yang tidak pas atau sesuai dengan skema. Ini adalah lapisan pasir tak berstruktur yang agak terpilah buruk yang memiliki lapisan tipis lanau dan lumpur di bagian teratasnya. Dalam Bouma sequence, divisi ‘b’, ‘c’ dan terkadang ‘d’ hilang. Lapisan ini diinterpretasikan sebagai endapan aliran turbidit yang mengandung jumlah sedimen yang lebih tinggi di dalam campuran (mixtures) daripada arus turbidit yang ‘normal’. Suatu divisi ditarik pada densitas 1,1 g/cm3 di antara turbidit berkonsentrasi rendah dan berkonsentrasi tinggi, meskipun ada gradasi di antara keduanya (Pickering et al.1989). Efek dari sedimen yang konsentrasinya lebih tinggi adalah bahwa turbulensinya kurang efektif pada pemisahan ukuran-ukuran butir. Hampir semua sedimen yang terbawa, terendapkan serentak sebagai campuran terpilah buruk, dengan hanya material tersuspensi yang lebih halus memisah pada puncak aliran (Lowe 1982).


KEJADIAN DAN KOMPOSISI TURBIDIT

Arus turbidit mungkin terdapat di dalam semua lingkungan dari danau di darat hingga samudra terdalam. Hampir semua arus turbidit umum terlihat dalam endapan danau dalam (deep lakes) (10.3.2) dan lingkungan laut dalam (deep marine) (15.2). Turbidit klastik terrigenous dengan tekstur lithic wackes (greywackes) adalah kemungkinan yang paling umum terlihat, tapi endapan turbidit mungkin memiliki kisaran yang luas dalam tekstur dan komposisi, termasuk turbidit karbonat di dalam cekungan yang diapit oleh paparan karbonat (carbonate shelves) (14.5). Proses turbidit juga penting dalam setting volkanik (16.4.3).


WAKTU DAN ARUS TURBIDIT

Arus turbidit adalah peristiwa aliran individual. Arus ini terjadi dengan periode waktu geologi yang sangat pendek, dengan hampir semua pengendapan terjadi dalam beberpa jam sampai beberapa hari. Faktanya, dalam konteks waktu geologi endapan turbidit berlangsung sejenak. Waktu yang diperlukan untuk lapisan tipis dari sedimen suspensi agar terendapkan di bagian teratas turbidit berlangsung lebih lama (bulanan hingga ratusan tahun).


4.6.3 Aliran Butir (Grain Flows)

Mekanisme transportasi massa dalam suatu longsoran material yang menuruni lereng curam adalah grain flow (Leeder 1982). Partikel-partikel terpisah di dalam media fluida oleh tubrukan yang berulang-ulang. Grain flow dengan segera cepat ‘membeku’ ketika energi kinetik partikel jatuh di bawah nilai kritis. Mekanisme ini yang paling efektif pada material terpilah baik yang jatuh akibat gravitasi, menuruni lereng curam seperti muka gelincir (slip face) dari aeolian dune atau subaqueous bedform. Grain flow bertipe gradasi terbalik (reverse graded). Grain flow mungkin terjadi pada sedimen yang lebih kasar dan berkombinasi dengan proses aliran massa yang lain di dalam setting subaqueous curam seperti foreset fan delta (12.3).


4.6.4 Liquefied Flowss

Ketika campuran sedimen dan air adalah subjek dari suatu getaran berenergi tinggi seperti goncangan seismik gempabumi, terjadilah likuifaksi (liquefaction). Dalam liquefied flow, semua endapan yang berbeda densitasnya di dalam lapisan campuran fluida-sedimen akan menghasilkan pergerakan ke atas dari material-material yang lebih ringan (Leeder 1982). Pipa vertikal tempat lolos atau keluarnya fluida membentuk ‘tiang-tiang’ (pillars) yang mengganggu pelapisan dalam sedimen hingga ‘remuk’ (dishes), dan sedimen mungkin bisa mencapai permukaan dan meletus sebagai gunungapi pasir (17.1.1).

4.7 Mudcracks

Sedimen kaya-lumpur bersifat kohesif (2.5.5) dan butir individunya cenderung melekat satu sama lain ketika sedimen mengering. Volume air berkurang dan kelompok mineral lempung bercerai berai, sehingga menyebabkan terbentuknya rekahan-rekahan di permukaan. Di bawah kondisi darat (subaerial) pola rekahan poligonal terbentuk ketika sedimen lumpuran mengering smpurna: ini adalah rekahan akibat pengeringan (desiccation cracks) (Gambar 4.29). Jarak (spacing) desiccation cracks tergantung pada ketebalan lapisan lumpur basah, dengan jarak yang lebih luas terjadi dalam endapan yang lebih tebal. Pada penampang melintang, desiccation cracks meruncing ke arah bawah dan tepi bagian atasnya dapat tergulung jika semua kelembaban dalam lumpur berhenti. Tepi-tepi desiccation cracks mudah digerakkan oleh arus yang datang kemudian dan mungkin terawetkan sebagai kepingan lumpur atau serpihan lumpur (mud-flakes) di dalam sedimen yang menutupi. Desiccation cracks sangat pasti terawetkan dalam batuan sedimen jika rekahan-rekahan tersebut terisi dengan lanau atau pasir yang terbawa air atau angin. Kehadiran desiccation cracks adalah petunjuk yang terpercaya bahwa singkapan tersebut adalah sedimen kondisi subaerial.
Synaeresis cracks adalah rekahan penyusutan dalam sedimen lempungan yang terbentuk di bawah air. Ketika lapisan lempung turun mengendap dan terkompaksi maka akan menyusut membentuk rekahan-rekahan tunggal di permukaan lumpur. Bedanya dengan desiccation cracks, synaeresis cracks tidak berbentuk poligonal tetapi sederhana, lurus atau sedikit kurva, rekahan meruncing. Rekahan susut subaqueous ini telah dibentuk melalui percobaan dan telah dilaporkan ditemukan dalam batuan sedimen, meskipun beberapa keterdapatan rekahan susut ini telah diinterpretasikan kembali sebagai desiccation cracks (Astin 1991). Baik desiccation cracks dan synaeresis cracks tidak terbentuk dari lanau atau pasir karena material kasar ini tidak kohesif.




Gambar 4.29 Dessication cracks yang terbentuk dalam endapan lumpur di dalam kolam kecil yang telah mengering.




4.8 Struktur Erosional Sedimen

Struktur sedimen yang dijelaskan dalam bagian terdahulu adalah terbentuk sebagai hasil transportasi dan pengendapan material. Aliran fluida di atas sedimen yang baru saja terendapkan dapat menghasilkan pemindahan sebagian atau lokal sedimen dari permukaan lapisan. Fitur-fitur yang membekas di atas permukaan lapisan disebut sebagai sole mark (tanda jejak) (Gambar 4.30). Fitur ini terawetkan dalam rekaman batuan ketika lapisan sedimen lain terendapkan di bagian teratasnya, meninggalkan fitur di atas bidang perlapisan. Sole mark mungkin dapat dibagi berdasarkan yang terbentuk sebagai hasil turbulensi di dalam air yang menyebabkan erosi (scour mark) dan jejak yang terbentuk oleh objek yang terbawa di dalam aliran air (tool mark). Fitur-fitur ini mungkin ditemukan dalam sejumlah lingkungan pengendapan tapi khususnya umum dalam rangkaian turbidit (4.6.2) dimana sole mark terawetkan sebagai cetakan di dasar dari turbidit yang menutupinya.

4.8.1 Scour Marks

Air turbulen yang mengalir di atas permukaan lapisan menghasilkan pusaran arus (eddies) lokal meskipun permukaan lapisan itu lembut dan datar. Pusaran arus turbulen ini mengerosi ke dalam lapisan dan menciptakan gerus erosional yang jelas yang disebut flute cast. Flute cast berbentuk asimetris pada penampang melintangnya, dengan satu tepi curam berhadapan dengan tepi yang lancip (Gambar 4.30). Dilihat dari atas flute cast lebih sempit di satu sisi dan di sisi lain melebar ke arah tepi yang lancip. Sisi curam dan sempit flute mark adalah tempat dimana pusaran arus mulai mengerosi lapisan dan kemudian melancip,tepi yang lebih lebar menandai lintasan pusaran ketika tersapu oleh arus. Oleh karena itu flute mark dapat digunakan sebagai petunjuk paleocurrent (5.4.1). Flute mark bervariasi ukurannya dari 5 hingga 50 cm panjangnya 1 hingga 20 cm lebarnya (Collinson & Thompson 1982). Dengan banyaknya sole mark, menjadi hal umum menemukan cetakan fitur yang terbentuk oleh pengisian depresi seperti halnya menemukan depresi itu sendiri (Gambar 4.31).
Suatu rintangan di atas permukaan lapisan seperti kerakal atau cangkang dapat menghasilkan pusaran arus yang menggerus lapisan (obstacle scour). Fitur linear di atas permukaan lapisan yang disebabkan oleh turbulensi adalah berbentuk punggungan (ridges) dan alur parit (furrows) yang memanjang jika pada skala milimeter atau gutter cast jika lembahnya memiliki lebar beberapa centimeter dan dalam, meluas hingga beberapa meter sepanjang permukaan lapisan.


4.8.2 Tool Marks

Suatu objek yang terbawa dalam aliran dan melewati lapisan dapat menciptakan tanda di atas permukaan lapisan. Grooves adalah tanda memanjang yang tajam yang tercipta oleh objek (tool) yang terseret sepanjang lapisan. Grooves adalah fitur yang tergambar tajam, berbeda dengan chevron yang terbentuk ketika sedimen masih sangat lunak. Objek yang tersaltasi (4.4.2) di dalam aliran mungkin menghasilkan tanda yang dikenal bervariasi sebagai prod, skip, atau bounce mark di titik dimana objek ini mendarat. Tanda-tanda ini sering terlihat dalam garis-garis di sepanjang bidang pelapisan. Bentuk dan ukuran tool marks ditentukan oleh bentuk objek yang menciptakannya dan fragmen berbentuk tak beraturan, seperti fosil, mungkin menghasilkan tanda yang khusus. Sifat alami tool sering tidak diketahui kecuali terawetkan pada akhir jalan, kadang terjadi.



Gambar 4.30 Sole marks di dasar aliran: gerusan-gerusan yang dihasilkan oleh pusaran aliran (flute marks) dan turbulensi di sekitar objek perintang (obstacle scours); dan tool marks yang terbentuk dari pergerakan objek di sepanjang permukaan lapisan (grooves) atau bersaltasi di atas permukaan (prod, skip, dan bounce marks).




Gambar 4.31 Flute marks di atas dasar lapisan
batupasir yang dihasilkan oleh gerusan ke dalam
lapisan batulumpur yang mendasarinya yang telah
terpindahkan,; mata pisau menunjukkan arah aliran.



4.8.3 Channel dan Slump Scars

Dapat ditarik perbedaan antara gerusan, yang berupa fitur skala kecil yang disebabkan oleh aliran turbulen di dalam aliran dan fitur yang lebih besar yaitu channel dan slump scar. Suatu channel mungkin dianggap sebagai depresi di atas lahan atau permukaan bawah laut yang keseluruhannya atau sebagiannya membatasi aliran. Channel adalah komponen fundamental lingkungan fluvial, delta, estuaria dan kipas bawah laut. Channel dalam semua setting ini jelas lebih besar dari gerusan yang terbentuk di atas permukaan lapisan yang di sebabkan oleh salah satu atau keduanya, yaitu confined flow (aliran yang dibatasi) (channelized) atau unconfined flow (contoh sheetfloods, overbank flow, turbidites).





Gambar 4.32 Slump scars yang dihasilkan oleh pergerakan massa material di atas permukaan yang gagal.



Slump scars (Gambar 4.32) terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan gravitasi dalam tumpukan sedimen. Ketika massa sedimen terendapkan di atas lereng maka massa ini akan mengalami beberapa peristiwa tidak stabil jika lerengnya curam. Jika massa sedimen ini menjadi subjek guncangan dari gempabumi atau penambahan muatan sedimen yang tiba-tiba di atas bagian tumpukan ini, kegagalan mungkin terjadi di permukaan di dalam tubuh sedimen ini. Hal ini mengawali pemerosotan (slumping) material. Permukaan yang ditinggalkan ketika material yang merosot ini bergerak adalah slump scar, yang terawetkan jika kemudian sedimentasi selanjutnya mengisi scar. Slump scar dapat dikenali dalam rekaman stratigrafi sebagai profil lembut dengan permukaan berbentuk sendok dalam tiga dimensi, dan bentangannya berkisar dari beberapa meter hingga ratusan meter. Slump scar umum dalam sikuen delta tapi mungkin juga terjadi di dalam semua material yang terendapkan di atas suatu lereng.


4.9 Struktur Sedimen dan Lingkungan Sedimen

Persamaan Bernouli, angka Reynld dan Froude mungkin tampaknya jauh hubungannya dari batuan sedimen yang tersingkap dalam suatu tebing, tapi jika kita menginterpretasikan batuan itu dalam istilah proses-proses yang membentuknya, sedikit dinamika fluida sangat berguna. Mengerti apa arti struktur sedimen dalam proses fisika adalah satu titik awal untuk menganalisis batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan. Hampir semua struktur sedimen yang dijelaskan familiar dengan batuan klastik terrigenous, tetapi penting untuk mengingat bahwa semua zat partikel berinteraksi dengan media fluida yang mentransportasikannya dan banyak fitur-fitur ini juga terjadi umumnya dalam sedimen karbonat yang membuat debris bioklastik dan batuan volkaniklastik. Bab selanjutnya mengenalkan konsep yang digunakan dalam analisis paleoenvironment dan diikuti dengan bab-bab yang membahas proses dan hasil lingkungan yang berbeda dengan lebih detail.

sumber : http://geo-facts.blogspot.com/2011/01/proses-transportasi-dan-struktur.html

One Response so far.

  1. Anonim says:

    Infonya ringkas namun isinya padat, membuat lebih mudah memahami karakter endapan yang dihasilkan oleh arus turbidit berikut kemungkinan sekuen-sekuen bouma yg ditemukan dilapangan

Leave a Reply

 
 

Blog Archive

Daftar Blog Saya

Blogger news