Jumat, 06 Juli 2012

Langit dan Ulama (Kekuatan Cahaya Allah)


Langit dan Ulama (kekuatan cahaya Allah)

Ilmu ilmu yang mencoba menerangkan realitas alam semesta : Mekanika Newton menjelaskan fenomena benda mikroskopik.

Alangkah Indahnya, kalau para ilmuwan ini melihat firman Allah Ta’ala dalam melihat benda yang terkecil sekalipun, sementara “penglihatan” Allah tak perlu memakai alat Mikroscop. Benda sekecil “Dzarrahpun”, terlihat oleh Allah ta’ala. Benda apakah yang terkecil dijagad alam raya ini? Allah pasti melihatnya, sedangkan manusia, mampukah melihatnya dengan mata telanjang, tanpa alat apapun?

Mekanika statistik menjelaskan teknik statistik untuk interaksi benda dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan termodinamik.

Maxwell menjelaskan medan elektromagnet, juga teori tentang hubungan cahaya dan elektromagnet. Dalam interaksi partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi gravitasi, dan interaksi elektromagnet. Dalam Medan gaya ada medan gravitasi menyebabkan gaya gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya.

Gaya-gaya dan perubahan-perubahan dialam raya, jauh sebelumnya telah dijelaskan oleh Allah ta’ala dalam FirmanNya betapa Allah menciptakan Gunung? Untuk apakah gunung kami ciptakan?(wal jibaalaa autaada). Kalau gunung tidak diciptakan, apa yang akan terjadi pada bumi tempat manusia berdiam?

Ketika kita melihat, warna cahaya yang berasal dari matahari, kelihatan putih, padahal ia perpaduan dari berbagai warna cahaya(spektrum), sifat-sifat cahaya, kegunaan cayaha, bisakah manusia melihat tanpa cahaya? Mata tak dapat melihat benda yang sangat kecil, atau yang terlalu jauh, maka mata memerlukan alat bantu, dan alat itu menggunakan lensa(optik).

Melihat benda ditempat yang gelap, atau remang-remang dapat mengganggu kesehatan mata, jika melihat cahaya secara langsung dari yang terlalu terang juga dapat merusak mata . Mata bisa kena penyakit rabun jauh(miopi), rabun dekat (hipermetropi), cacat mata tua(presbiopi).

Untuk melihat benda jauh, sangat kecil, selain alat optik, juga bisa dengan alat kaca pembesar(LUP), kamera, Mikroskop, teropong, Perioskop(teropong yang biasa dipakai untuk mengamati permukaan air laut), Overhead projektor(untuk melihat gambar tembus cahaya), semuanya itu untuk melihat benda, agar kelihatan cahayanya.

Lantas, apakah manusia tidak berfirkir, bagaimana cahaya Allah Ta’ala? (Lihat Q.S Annur ayat 35).

Cahaya Allah ta’ala bisa kita lihat dan rasakan pada Alquranul karim, yang disampaikan via lisan NabiNya, Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam.(Lihat Q.S Almaidah 15)(Annisa 174).

Dan mari kita lihat Q.S Yunus 6, bagaimana, dan apa fugsi dari penciptaan cahaya dari matahari dan bulan. Dan kenapa, ketika Allah menyebutkan kata “cahaya” pada kalimat matahari, disebut kata “Dhiyaa”(cahaya), sementara pada bulan “annur”(cahaya juga).

Coba kita lihat, cahaya bulan berasal dari mana, cahaya matahari berasal dari mana?. Apakah cahaya bulan benar-benar berasal dari bulan itu sendiri, ataukah ia hanya merupakan pantulan yang berasal dari cahaya matahari?.

Lantas, kenapa cahaya Allah disebutkan dengan kata “Nuur”. Ini menandakan bahwa, Allah laisa kamislihi syaiun (Allah Ta’ala, tidak ada bisa diserupakan dengan siapapun, dengan siapapun), kalau ada perumpamaan sifat yang disandarkan pada Allah ta’ala, itu pertanda, betapa kecil akal manusia, sehingga untuk memberikan pemahaman akan ayat-ayat AlQuranpun, Allah memberikan contoh dan perumpamaan yang bisa ditangkap dengan akal manusia itu sendiri.

Inilah dia Cahaya Allah Ta’ala, melebihi cahaya yang diketahui, diciptakan oleh manusia itu sendiri.

Cahaya yang dibuat manusia, listrik, lampu, center dllnya, hanya mampu menerangi dengan tempat yang terbatas, sementara Allah mampu menerangi kegelapan berlipat ganda (Yukhrijuhum (annaasa) minadzuluumati ilaannuur), dari dinding-dinding tebal, menembus sampai beribu-ribu kali dinding dan jarak yang berkilometer, lahir dan bathin, alam riil, dan metafisika, sementara cahaya buatan manusia sangatlah terbatasnya.

Ini menandakan kekuasaan Allah, yang pantas bagi manusia untuk merendah dihadapanNya, karena sehebat apapun ilmuwan, masih sangat kecil dimata Allah Ta’ala. Selain contoh cahaya, masih banyak lagi yang dapat kita lihat dari fenomena alam ini.

Wassalamu’alaikum.

***

Oleh Rahima

Leave a Reply

 
 

Blog Archive

Daftar Blog Saya

Blogger news