Minggu, 01 Juli 2012

mekanisme atau proses transportasi sedimen

Bangunan biologi seperti karang-karang, tumpukan cangkang dan karpet mikroba diciptakan di dalam tempat yang tidak ada transportasi material. Sama halnya, pengendapan mineral evaporit di dalam danau, laguna dan di sepanjang garis pantai yang tidak melibatkan semua pergerakan zat particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel). Namun bagaimanapun, hampir semua endapan sedimen lainnya diciptakan oleh transportasi material.
Pergerakan material kemungkinan murni disebabkan oleh gravitasi, tapi yang lebih umum adalah karena hasil dari aliran air, udara, es atau campuran padat (dense mixtures) sedimen dan air. Interaksi material sedimen dengan media transportasi menghasilkan berkembangnya struktur sedimen, beberapa struktur sedimen berkaitan dengan pembentukan bentuk lapisan (bedform) dalam aliran sedangkan yang lain adalah erosi. Struktur sedimen ini terawetkan dalam batuan dan menyediakan rekaman proses yang terjadi pada waktu pengendapannya. Jika proses fisik terjadinya struktur ini di dalam lingkungan modern dapat diketahui, dan jika batuan sedimen diinterpretasikan berdasarkan kesamaan prosesnya, maka mungkin untuk mengetahui lingkungan pengendapannya.
Di dalam bab ini, dibahas proses fisika utama yang terdapat di dalam lingkungan pengendapan. Sifat alami endapan dihasilkan dari proses-proses ini dan akan diperkenalkan struktur sedimen utama yang terbentuk oleh interaksi media aliran dan detritus. Banyak fitur-fiitur ini terdapat pada lingkungan sedimen yang berbeda-beda dan harus dipikirkan di konteks lingkungan mana fitur-fitur ini terbentuk..





4.1 Media Transportasi

GRAVITASI

Kasus paling sederhana mengenai transportasi sedimen yang tidak signifikan melibatkan media di sekitarnya adalah jatuhan partikel dari tebing atau lereng akibat gravitasi. Jatuhan batuan (rock falls) menghasilkan gundukan sedimen di dasar lereng, biasanya secara umum terdiri dari debris kasar yang kemudian tidak mengalami proses sedimentasi kembali (rework).
Akumulasi ini terlihat sebagai scree (akumulasi debris batuan di dasar tebing, bukit, atau lereng gunung, sering membentuk timbunan) di sepanjang sisi-sisi lembah di daerah pegunungan. Akumulasi ini membentuk kerucut talus (talus cone) dengan suatu permukaan pada sudut diam (angle of rest) kerikil, sudut maksimum dimana material akan tetap stabil dan klastik tidak akan jatuh menuruni lereng. Sudut ini bervariasi dengan bentuk dan distribusi ukuran butir, tetapi biasanya antara 30 dan 35 derajat dari bidang horizontal. Endapan scree berada di daerah pegunungan (6.6.1) dan terkadang di sepanjang pantai: endapan ini jarang terawetkan di dalam rekaman stratigrafi.


AIR

Transportasi partikel di dalam air sejauh ini merupakan mekanisme transportasi yang paling signifikan. Air mengalir di permukaan lahan di dalam channel dan sebagai aliran permukaan (overland flow). Arus-arus di laut digerakkan oleh angin, tidal dan sirkulasi samudra. Aliran-aliran ini mungkin cukup kuat untuk membawa material kasar di sepanjang dasarnya dan material yang lebih halus dalam suspensi. Material dapat terbawa di dalam air sejauh ratusan atau ribuan kilometer sebelum terendapkan sebagai sedimen. Mekanisme air yang menggerakkan material ini akan dibahas di bawah.



UDARA

Setelah air, udara adalah media transportasi terpenting. Angin berhembus di atas lahan mengangkat debu dan pasir kemudian membawanya sampai jarak yang jauh. Kapasitas angin untuk mentransportasikan material dibatasi oleh densitas rendah dari udara. Seperti yang akan kita lihat di bagian 4.2.6, perbedaan densitas antara media dan klastik berpengaruh terhadap keefektifan media dalam menggerakkan sedimen.


ES

Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat mempertimbangkan es sebagai media fluida karena selama periode yang panjang es bergerak melintasi permukaan lahan, meskipun sangat lambat. Es adalah fluida berviskositas tinggi yang mampu mentransportasikan sejumlah besar debris klastik. Pergerakan detritus oleh es penting pada daerah di dalam dan di sekitar tudung es kutub dan daerah pegunungan dengan gletser semipermanen atau permanen (7.2, 7.3). Volume material yang digerakkan es sangat besar ketika meluasnya es (glaciation).


SEDIMEN PADAT (DENSE SEDIMENT) DAN CAMPURAN AIR (WATER MIXTURES)

Ketika ada sedimen berkonsentrasi tinggi di dalam air, campurannya akan membentuk aliran debris (4.6.1), yang dapat kita pikirkan seperti campuran larutan air dengan material yang tidak dapat terlarut (slurry) yang kekentalannya serupa dengan beton basah. Campuran padat ini digerakkan oleh gravitasi di permukaan lahan maupun di bawah air, perilakunya berbeda bila dibandingkan dengan sedimen yang tersebar di dalam tubuh air. Campuran yang lebih encer juga mungkin digerakkan oleh gravitasi di dalam air sebagai arus turbidit (4.6.2). Mekanisme aliran yang digerakkan gravitasi ini adalah mekanisme penting dalam mentransportasikan material kasar hingga ke samudra dalam.


4.2 Perilaku Fluida dan Partikel di dalam Fluida

Perkenalan singkat mengenai dinamika fluida, perilaku gerakan fluida, dibahas di bab ini untuk memberikan dasar-dasar pemahaman fisika untuk membahas transportasi sedimen dan pembentukan struktur sedimen di bagian selanjutnya. Untuk penjelasan yang lebih menyeluruh mengenai dinamika fluida tersedia di dalam Leeder (1982), J.R.L. Allen (1985, 1994) dan P.A. Allen (1997).


4.2.1 Aliran Laminar dan Turbulen

Gerakan fluida dapat terbagi ke dalam dua cara yang berbeda. Dalam aliran laminar, semua molekul-molekul di dalam fluida bergerak saling sejajar terhadap yang lain dalam arah transportasi. Dalam fluida yang heterogen hampir tidak ada terjadinya pencampuran selama aliran laminar. Dalam aliran turbulen, molekul-molekul di dalam fluida bergerak pada semua arah tapi dengan jaring pergerakan dalam arah transportasi. Fluida heterogen sepenuhnya tercampur dalam aliran turbulen.
Perbedaan antara gerakan laminar dan turbulen pertama kali didokumentasikan oleh O. Reynold diakhir abad ke-19. Dia melaksanakan percobaan pada aliran yang melalui tabung, dan tercatat bahwa plot tingkat aliran terhadap tekanan menurun antara saluran masuk dan saluran keluar, tidak menghasilkan grafik garis lurus. Besarnya tekanan yang hilang pada tingkat aliran tinggi dapat dihubungkan dengan naiknya gesekan antara partikel dalam aliran turbulen. Percobaan dengan benang (thread) yang dicelupkan di dalam tabung menunjukkan bahwa garis aliran sejajar pada tingkat aliran rendah, tapi pada kecepatan yang lebih tinggi benang berantakan karena fluida tercampur akibat gerakan turbulen (Gambar 4.1).
Parameter aliran ini disebut angka Reynold (Re). Nilai (tanpa dimensi atau satuan) yang menunjukkan aliran laminar atau turbulen. Angka Reynold diperoleh dari hubungan faktor-faktor sebagai berikut: kecepatan aliran (u), rasio densitas fluida dan viskositas fluida (v, viskositas kinematik fluida) dan ‘karakter panjang atau jarak’ (l, diameter pipa atau kedalaman aliran di dalam channel terbuka). Persamaan angka Reynold tersebut didefinisikan sebagai berikut :

Re = ul / v

Aliran fluida di dalam pipa dan channel ditemukan laminar ketika angka Reynoldnya rendah (kurang dari 500) dan turbulen pada nilai yang lebih tinggi (lebih besar dari 2000). Dengan meningkatnya kecepatan, aliran akan menjadi turbulen dan di dalam fluida terdapat peralihan dari laminar menuju turbulen. Fluida dengan viskositas kinematik yang rendah, seperti udara, mengalir turbulen pada kecepatan rendah, jadi semua aliran angin alamiah yang dapat membawa partikel dalam suspensi adalah aliran turbulen. Air hanya mengalir laminar pada kecepatan yang rendah atau kedalaman air yang sangat dangkal, jadi aliran turbulen sangat umum pada proses transportasi dan pengendapan sedimen di air (aqueous). Aliran laminasi terjadi pada beberapa aliran debris, pergerakan es dan aliran lava, dan semua yang memiliki viskositas kinematik yang lebih besar dari air.


.

Gambar 4.1 Aliran fluida turbulen dan laminar




Hampir semua aliran di dalam air dan udara yang membawa volume sedimen dalam jumlah yang signifikan adalah aliran turbulen. Perilaku partikel di dalam aliran ini akan dibahas sekarang.


4.2.2 Transportasi Partikel di dalam Fluida

Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu dari tiga mekanisme (Gambar 4.2). Pertama, partikel dapat bergerak menggelinding (rolling) di dasar aliran udara atau air tanpa kehilangan kontak dengan permukaan dasar. Kedua, partikel dapat bergerak dalam serangkaian lompatan, secara periode meninggalkan permukaan dasar dan terbawa dengan jarak yang pendek di dalam tubuh fluida sebelum kembali ke dasar lagi; ini dikenal sebagai saltasi (saltation). Terakhir, turbulensi di dalam aliran dapat menghasilkan gerakan yang cukup untuk menjaga partikel bergerak terus di dalam fluida; dikenal sebagai suspensi (suspension).
Ada sejumlah faktor yang mengontrol gerakan partikel di dalam fluida turbulen. Pertama, karena kecepatan aliran meningkat, energi kinetik di dalam fluida menjadi lebih besar sehingga mengangkat partikel dari permukaan dasar dan menggerakkan secara saltasi. Kedua, turbulensi yang meningkat juga menyediakan gaya yang cukup kuat untuk menjaga partikel tetap tersuspensi. Ketiga, partikel dengan massa yang lebih besar memerlukan energi lebih untuk terangkat dan tersaltasi dan menjaga partikel agar tetap tersuspensi. Terakhir, partikel dengan luas permukaan relatif lebih besar dari massanya (contoh, mineral berbentuk lempengan / ‘platy’ seperti mika) memiliki kecepatan pengendapan yang lebih rendah (perlu waktu lebih lama untuk tenggelam) dan dapat tetap (permanen atau sementara) tersuspensi dengan lebih mudah.





Gambar 4.2 Mekanisme transportasi partikel di dalam aliran: rolling dan saltasi (bedload); dan suspensi (suspended).




Pada kecepatan arus rendah hanya partikel halus (lempung) dan partikel berdensitas rendah yang tetap tersuspensi, dengan partikel berukuran pasir bergerak rolling dan beberapa tersaltasi. Pada tingkat aliran yang lebih tinggi semua lanau dan beberapa pasir dapat tetap tersuspensi, dengan butiran (granules) dan kerakal halus (fine pebble) tersaltasi dan material lebih kasar bergerak rolling.
Proses-proses ini secara esensial serupa baik di udara maupun di air, tapi di udara diperlukan kecepatan yang lebih tinggi untuk menggerakkan partikel tertentu karena densitas dan viskositas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan air (Tabel 4.1). Konsekuensi dari viskositas udara yang rendah adalah butiran yang tersaltasi mendaratkan efek bantalan (cushioning effect) medium fluida yang relatif sedikit, dan butir-butir mempunyai momentum yang cukup untuk menumbuk butir-butir ke dalam aliran yang mengalir bebas. Efek ini tidak begitu nyata di dalam air karena gesekan antara butir yang bergerak dan fluida energinya telah habis sebelum mendarat. Zat particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel yang terpisah) yang terbawa oleh aliran biasanya diistilahkan bedload (partikel yang rolling dan tersaltasi) dan suspended load (material dalam suspensi), juga terkadang disebut sebagai washload (Gambar 4.2).



Tabel 4.1 Densitas dan viskositas media transportasi fluida




4.2.3 Partikel yang Masuk ke dalam Aliran

Tidak dengan seketika terlihat jelas mengapa partikel yang berada di dasar aliran (contoh, di dasar sungai) lakukan selain dari bergerak terseret (frictional drag). Gerakan terseret antara air yang mengalir dan objek di dalam aliran adalah mekanisme utama bagi material kasar tertransportasikan sebagai komponen rolling bedload. Beberapa partikel bergerak ke atas dari dasar aliran dan sementara waktu memasuki aliran sebelum terendapkan kembali ketika aliran menurun. Ini adalah partikel saltasi. Aliran tidak mampu mempertahankan butir-butir ini dalam suspensi karena butir ini jatuh ke bawah lagi, jadi apa yang pertama kali membuat butir-butir ini bergerak naik? Jawabannya terdapat pada efek Bernoulli, fenomena yang memperkenankan burung-burung dan pesawat terbang dapat terbang dan kapal pesiar dapat berlayar ‘dekat dengan angin’.
Efek Bernoulli sangat baik dijelaskan dengan membahas aliran fluida (udara, air atau semua media fluida) di dalam tabung yang salah satu sisinya menyempit (Gambar 4.3). Luas penampang melintang tabung di satu sisi lebih besar dari sisi lain, tapi untuk mempertahankan transportasi fluida agar tetap konstan di sepanjang tabung, jumlah yang sama harus mengalir di satu sisi dan keluar di sisi lain dengan periode waktu tertentu. Untuk memperoleh jumlah yang sama dari fluida, harus bergerak pada kecepatan yang lebih tinggi ketika melewati sisi yang sempit. Efek ini lazim dikenal orang yang memencet ujung selang air taman: air yang menyembur akan semakin cepat ketika ujung selang air sebagian ditutup.



Gambar 4.3 Efek Bernoulli diilustrasikan
oleh fluida yang melintasi tabung menyempit.




Hal selanjutnya yang dipertimbangkan adalah menjaga massa dan energi di sepanjang tabung. Variabel-variabel yang dilibatkan dapat dilihat dalam persamaan Bernoulli:

Energi total = ρgh + (ρu2 / 2) + P

dimana ρ adalah densitas fluida, u adalah kecepatan, g adalah percepatan gravitasi, h perbedaan ketinggian dan P adalah tekanan. Tiga istilah dalam persamaan ini adalah energi potensial (ρgh), energi kinetik (ρu2 / 2) dan energi tekanan (P). Persamaan ini dianggap tidak kehilangan energi karena efek gesekan, jadi dalam kenyataan hubungannya adalah sebagai berikut:

ρgh + (ρu2 / 2) + P + Eloss = konstanta

Energi potensial adalah konstanta karena tidak ada perbedaan ketinggian di antara tempat dimana fluida bergerak masuk dan keluar. Energi kinetik berubah-ubah sebagaimana kecepatan aliran meningkat atau menurun. Jika energi total dalam sistem terjaga, pasti ada beberapa perubahan dalam hal terakhir, energi tekanan. Energi tekanan dapat diartikan sebagai energi yang tersimpan ketika fluida terkompresi: fluida yang terkompresi (seperti dalam tromol gas terkompresi) memiliki energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terkompresi.
Kembali ke aliran di dalam sisi tabung yang runcing, untuk keseimbangan persamaan Bernoulli, energi tekanan harus direduksi untuk mengkompensasikan kenaikan energi kinetik akibat penyempitan aliran di ujung akhir tabung. Artinya bahwa ada reduksi tekanan pada sisi akhir tabung yang menyempit.
Pindahkan ide ini ke aliran di dalam channel, klastik di dasar channel akan mereduksi penampang melintang aliran di atasnya. Kecepatan di atas klastik akan lebih besar daripada ke hulu dan ke hilirnya dan untuk menyeimbangkan persamaan Bernoulli harus ada reduksi tekanan di atas klastik. Reduksi tekanan ini menyediakan gaya angkat (lift force) temporer yang menggerakkan klastik di dasar aliran (Middleton & Southard 1978). Selanjutnya klastik sementara waktu naik ke dalam fluida yang bergerak sebelum jatuh ke dasar channel akibat gravitasi dalam sebuah peristiwa saltasi (Gambar 4.4).


4.2.4 Ukuran Butir dan Kecepatan Aliran

Kecepatan fluida dimana partikel akan naik ke dalam aliran dapat disebut sebagai kecepatan kritis. Jika gaya yang bekerja pada partikel di dalam aliran telah dibahas maka hubungan sederhana antara kecepatan kritis dan massa partikel dapat diperkirakan. Gaya seret (drag force) yang diperlukan untuk menggerakkan partikel di sepanjang aliran akan meningkat seiring massa, karena akan memerlukan gaya angkat untuk membawa partikel naik ke dalam aliran. Pada kecepatan sedang (moderate) butir pasir dapat tersaltasi, butiran bergerak rolling dan kerakal tetap tidak bergerak, tapi jika kecepatan meningkat gaya yang bekerja pada partikel-partikel ini bertambah dan pasir lebih halus mungkin tersuspensi, butiran tersaltasi, dan kerakal bergerak rolling. Hubungan linear sederhana seperti ini juga bekerja untuk material lebih kasar, tapi ketika ukuran butir halus terlibat maka akan semakin komplek.




Gambar 4.4 Gaya yang bekerja pada suatu butir di dalam aliran. (menurut Middleton & Southard 1978; Collinson & Thompson 1982).



Diagram Hjulström (Gambar 4.5) menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran air dan ukuran butir (Hjulström 1939). Ada dua garis utama pada grafik. Garis yang lebih rendah menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran dan partikel yang siap akan bergerak. Ini menunjukkan bahwa kerakal akan berhenti di sekitar 20-30 cm/s, butir pasir sedang pada 2-3 cm/s, dan partikel lempung ketika kecepatan aliran adalah secara efektif nol. Oleh karena itu ukuran butir partikel di dalam aliran dapat digunakan sebagai petunjuk kecepatan pada waktu pengendapan sedimen jika terendapkan sebagai partikel-partikel terisolasi. Garis kurva bagian atas menunjukkan kecepatan aliran yang diperlukan untuk mengerakkan partikel dari kondisi diam. Pada setengah bagian kanan grafik, garis ini sejajar dengan garis yang pertama tapi untuk ukuran butir tertentu diperlukan kecepatan yang lebih besar untuk memulai pergerakan daripada untuk menjaga partikel tetap bergerak. Pada sisi kiri diagram terdapat garis divergen yang tajam: secara intuisi, partikel lanau yang lebih kecil dan lempung memerlukan kecepatan yang lebih besar untuk menggerakkannya daripada pasir. Hal ini dapat dijelaskan melalui sifat mineral lempung yang akan mendominasi fraksi halus dalam sedimen. Mineral lempung bersifat kohesif (2.5.5) dan sekali terendapkan akan cenderung merekat bersama, membuatnya lebih sulit untuk naik ke dalam aliran daripada butir-butir pasir. Catat bahwa ada dua macam untuk material kohesif. Lumpur ‘tak terkonsolidasi’ (unconsolidated mud) telah terendapkan tapi tetap merekat, material plastis. Lumpur ‘terkonsolidasi’ (consolidated mud) telah lebih banyak mengeluarkan air darinya dan bersifat kaku atau keras (rigid). Dalam prakteknya, banyak endapan material lumpuran berada antara dua macam ini.




Gambar 4.5 Diagram Hjulström, menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran dan transportasi butir-butir lepas. Ketika butir telah terendapkan, diperlukan energi yang lebih tinggi untuk mulai menggerakkannya daripada menjaganya tetap bergerak ketika telah bergerak. Sifat kohesif partikel lempung mengartikan bahwa sedimen berbutir halus memerlukan kecepatan yang lebih tinggi untuk mengerosi kembali sedimen ini ketika sedimen ini terendapkan, khususnya ketika terkompaksi. (dari Earth, edisi kedua oleh Frank Press dan Raymond Siever. 1974, 1978, dan 1986 oleh W.H. Freeman and Company).
Perilaku partikel halus dalam aliran, sebagaimana yang ditunjukkan oleh diagram Hjulström, memiliki konsekuensi penting untuk pengendapan dalam lingkungan pengendapan alami. Lempung dapat tererosi dalam semua kondisi kecuali air yang menggenang, tapi lumpur dapat terakumulasi dalam semua setting dimana aliran berhenti mengalir dengan waktu yang cukup untuk partikel lempung terendapkan: aliran yang kembali mengalir tidak akan menaikkan kembali endapan lempung kecuali kecepatannya relatif tinggi. Perselingan pengendapan lumpur dan pasir terlihat dalam lingkungan dimana alirannya sebentar-sebentar (intermittent), seperti setting tidal (11.2.4).


4.2.5 Variasi Ukuran Klastik : Graded Bedding

Jika kecepatan berubah selama suatu periode aliran, ukuran klastik yang terendapkan akan mencerminkan perubahan dalam kekuatan aliran. Aliran yang menurun dari 20 cm/s ke 1 cm/s akan diawali pengendapan pasir kasar tapi akan secara progresif mengendapkan pasir sedang dan halus akibat turunnya kecepatan. Lapisan pasir yang terbentuk dari penurunan aliran ini akan menunjukkan reduksi dalam ukuran butir dari kasar di dasarnya hingga halus di bagian atasnya. Pola perubahan ukuran klastik dalam suatu lapisan tunggal ini disebut sebagai gradasi normal (normal grading). Sebaliknya, peningkatan dalam kecepatan aliran seiring waktu mungkin menghasilkan peningkatan ukuran butir ke arah atas pada suatu lapisan, dikenal sebagai gradasi terbalik (reverse grading). Normal grading lebih umum karena banyak aliran alami yang dimulai dengan sentakan yang kuat diikuti oleh penurunan secara gradual kecepatan alirannya. Aliran yang secara gradual bertambah kecepatannya seiring waktu yang menghasilkan reverse grading jumlah frekuensinya sedikit. Material yang diendapkan dari air statis juga menampakkan gradasi, perhitungan hubungan antara ukuran butir dan kecepatan pengendapan dijelaskan dengan hukum Stoke. Partikel yang lebih besar memiliki kecepatan terminal yang besar dan terendapkan lebih cepat dari butir-butir yang lebih kecil (lihat Leeder 1982).
Gradasi dapat terjadi di variasi setting lingkungan yang bermacam-macam: normal grading adalah karakteristik penting dari banyak endapan arus turbidit (4.6.2) tapi mungkin juga hasil dari badai di paparan kontinen (14.3), limpah banjir di lingkungan fluvial (9.3) dan setting delta top (12.1.1).
Sangat berguna menggambarkan perbedaan antara gradasi yang ada di dalam suatu lapisan tunggal dan gradasi yang terdapat pada sejumlah lapisan. Suatu pola beberapa lapisan yang dimulai dengan ukuran klastik kasar di lapisan terendah dan material lebih halus di lapisan yang tertinggi disebut sebagai menghalus ke atas (fining-upward). Pola yang sebaliknya dengan lapisan terkasar di atas adalah rangkaian mengasar ke atas (corsening-upward) (Gambar 4.6). Catat bahwa mungkin ada keadaan dimana lapisan individual yang bergradasi normal tapi di dalam lapisan rangkaian coarsening-upward. Pengenalan dan interpretasi pola coarsening-upward dan fining-upward adalah penting dalam menganalisis lingkungan sedimen.


4.2.6 Densitas Fluida dan Ukuran Partikel

Gaya yang bekerja pada partikel adalah fungsi dari viskositas dan densitas media fluida seperti halnya massa partikel. Fluida berviskositas lebih tinggi menggunakan gaya seret dan angkat yang lebih besar untuk kecepatan aliran tertentu. Dua fluida yang terpenting di permukaan bumi adalah air dan udara. Aliran air dapat mentransportasikan klastik sebesar bongkah pada kecepatan yang terekam dalam sungai, tapi bahkan pada badai dengan kekuatan angin yang sangat tinggi, partikel mineral dan batuan terbesar yang terbawa kemungkinan besar berukuran sekitar satu milimeter. Pembatasan ukuran partikel yang terbawa angin adalah satu kriteria yang mungkin digunakan untuk membedakan material yang diendapkan oleh air dari yang ditransportasikan dan diendapkan oleh angin (8.2). Fluida berviskositas lebih tinggi seperti es dan aliran debris (4.6.1) dapat mentransportasikan bongkah berukuran beberapa meter hingga puluhan meter panjangnya. Klastik besar mungkin terbawa di bagian teratas dari aliran laminar.




Gambar 4.6 Gradasi normal dan terbalik dalam lapisan tunggal; pola menghalus ke atas dan mengasar ke atas dalam rangkaian lapisan.

sumber : http://geo-facts.blogspot.com/

Leave a Reply

 
 

Blog Archive

Daftar Blog Saya

Blogger news