Pernah menggunakan termometer kan? Berapa temperatur yang ditunjukkan oleh termometer pada tubuh kamu? atau berapa temperatur pada saat air mendidih?, pada air es? 36C (derajat Celcius) ? 0C ? adakah suhu yang lebih rendah dari 0C? Nah adakah batas dimana sebuah benda tidak bisa didinginkan lagi atau sebaliknya tidak bisa dipanaskan lagi?
Ketika sebuah benda diberi energi (kalor) dan menjadi ”panas” molekul-molekul pembantuknya akan bergerak semakin cepat, begitu juga jika benda itu ”didinginkan”, molekulnya akan melambat.
Suhu terendah yang dicapai secara teoretis adalah 0 (Derajat Kelvin) yang disebut sebagai nol absolut, setara dengan -273 C. Pada suhu ”sedingin” ini molekul sebuah benda sudah tidak bergerak lagi alias diam. Seperti halnya ibu kamu yang mengawetkan sayuran di kulkas, maka benda dengan suhu nol absolut akan benar-benar ”awet”.
Suhu sedingin itu hanya bisa dicapai dalam laboratorium, dalam kehidupan sehari-hari di alam semesta ini tidak pernah dicapai suhu serendah itu. Sebagai gambaran di angkasa luar pun, suhu paling rendah yang pernah diamati adalah -245 C.
Lantas berapakah suhu tertinggi yang bisa dicapai? Jika tadi kita memahami bahwa gejala turun naiknya suhu ditunjukkan dengan pergerakan molekul, maka tentu ada batas kecepatan tertinggi yang bisa dicapai oleh sebuah benda, ya betul! Kecepatan cahaya 300ribu km/det.
Artinya tentu suhu tertinggi akan tercapai jika molekul bendanya juga sudah bergerak dengan kecepatan cahaya. Berapakah itu? Mungkin satu juta derajat celcius kah? (sebuah literatur menyebutkan 140 × 1030 derajat kelvin).Yang pasti batas itu pasti ada…puanasnya kayak apa yah….
erva kurniawan
Komitmen Pernikahan
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terj adi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menj adi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan pak suyatno memutuskan bahwa istrinya dialah yg merawat, yang dia inginkan hanya satu, yaitu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata ” Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……. ..bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” .. dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya “sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka.
“Anak2ku ………. Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah..lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.. (sejenak kerongkongannya tersekat),.. . kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menggantimya dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan agar bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno, merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..
Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada pak suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2..disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah pak Suyatno bercerita.
“Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) maka itu adalah kesia-siaan. Cinta itu adalah memberi.
Saya percaya Tuhan-lah yang memilihkan istri saya ini menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan hanya dengan mata, dan dia memberi pada saya 4 orang anak yg lucu2.. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya, termasuk dikala sehat maupun sakit. Ketika dia sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit,,,”
***