Kualitas Airtanah (Pulau Kecil)
Kualitas airtanah di alam dapat berupa airtanah dangkal dan airtanah dalam (Rozi, 1995). Airtanah dangkal berada pada kedalaman di bawah 20 meter, sumber inilah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih.
Kualitas airtanah dangkal menurut Rozi (1995) sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitarnya, antara lain :
- Bila jarak antara sumur dan septik tank kurang dari 10 meter untuk tanah biasa dan 15 meter untuk tanah porous atau gembur.
- Bila lokasi sumur tersebut sebelumnya merupakan lokasi sumber limbah rumah tangga, dekat pembuangan limbah industri atau bekas lokasi sampah (TPA).
- Masuknya atau merembesnya air permukaan yang telah tercemar kedalam sumur.
- Masuknya debu atau bahan pencemar lainnya kedalam sumur terbuka atau yang terbawa pada saat hujan.
Untuk airtanah di pulau kecil yang berbatasan dengan laut, Saefudin (2000) mengungkapkan bahwa kualitasnya akan dipengaruhi oleh kontak air tawar dari daratan dengan air asin dari lautan. Indikator yang dapat dipakai secara cepat terutama dilapangan ialah besarnya Daya Hantar Listrik (DHL) dimana pengukuran dilakukan secara ”insitu” menggunakan alat portable EC meter. Makin tawar air makin sedikit ion yang terlarut, sehingga makin rendah kualitas air dari segi estetika, yaitu rasa asin.
Komite bersama antara LIPI, DPMA, GTL dan Departemen PU membuat panitia Ad Hoc Intrusi Air Asin (Sihwanto, 1990 dalam Saefudin, 2000) telah berhasil membuat kriteria air berdasarkan DHL, kandungan Cl-, dan TDS sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi tingkat keasinan airtanah (Sihwanto, 1990 dalam Saefudin, 2000).
Kualitas | TDS (mg/l) | DHL (mmho/cm) | Cl- (mg/l) |
Tawar | < 1000 | < 1500 | < 500 |
Agak Payau | > 1000 – < 3000 | > 1500 – <5000 | > 500 – < 2000 |
Payau | > 3000 – <10000 | > 5000 – < 15000 | > 2000 – < 5000 |
Asin | > 10000 – < 35000 | > 15000 – < 50000 | > 5000 – < 19000 |
Brine | > 35000 | > 50000 | > 19000 |
Tabel 2. Klasifikasi air berdasarkan DHL (Mandel, 1981 dalam Syahwan, 2007)
DHL (mmho/cm) pada Suhu 250 C | Macam Air |
< 0,5 | Air murni |
0,5 – 5 | Air suling |
5 – 30 | Air hujan |
30 – 2000 | Airtanah |
35000 – 45000 | Air laut |
> 100000 | Air garam |
Tabel 3. Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut (Davis dan De wiest dalam Syahwan, 2007)
DHL (mmho/cm) pada Suhu 250 C | Macam Air |
< 0,5 | Air murni |
0,5 – 5 | Air suling |
5 – 30 | Air hujan |
30 – 2000 | Airtanah |
35000 – 45000 | Air laut |
> 100000 | Air garam |
Menurut Saefudin (2000), karena letaknya yang sebagian besar berbatasan dengan laut, maka keadaan airtanah di pulau kecil akan tergantung kepada kondisi air tawar di darat berupa aliran airtanah serta besarnya gradien hidrolik dan tekanan air asin dari laut yang berkaitan dengan pasang-surut. Masih menurut Saefudin (2000), ada dua fenomena yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas airtanah di pulau kecil yaitu terjadinya penyusupan air laut (salt water intrusion), dan gangguan air laut (salt water encroachment).
Menurut Fetter (1994) dalam Saefudin (2000), sumber air asin yang dapat menyusup kedalam airtawar atau terjadinya air asin di daerah pantai bisa berupa air tertekan yang sudah ada sejak jaman purba (connate water), air di batas pertemuan air laut dan tawar (mixing zone), air permukaan dari laut yang menyusup melalui sungai atau saluran air sampai jauh ke arah darat saat pasang naik airlaut, atau air asin bawah permukaan di bawah air tawar (sub-surface salt water).
Fetter (1994) dalam Saefudin (2000) juga menyebutkan bahwa kualitas airtanah di pulau kecil akhirnya akan tergantung kepada kekuatannya apakah akan terjadi pencucian air asin oleh air tawar (flushing) sehingga kualitasnya menjadi lebih baik ataukah sebaliknya terjadi penyusupan air asin ke dalam air tawar ke arah daratan sehingga kualitas airtanahnya menjadi lebih buruk.
Adanya pengaruh air asin terhadap air tawar, selain dapat dilihat dari nilai DHL, bisa juga secara lebih rinci dilihat dari kandungan ion – ion utama dalam air. Secara umum air tawar termasuk tipe Ca-HCO3 yang intinya mempunyai ion dominan kalsium dan bikarbonat, sedangkan air laut mempunyai tipe Na-Cl artinya didominasi oleh ion natrium dan klorida. Diantara kedua tipe tadi bisa terdapat tipe Ca-Cl atau Na-HCO3, disamping tipe lain yang dipengaruhi oleh kejadian setempat misalnya adanya sulfat di daerah bekas rawa. Karena proses pertukaran ion, apabila terjadi pencucian air asin oleh air tawar maka akan muncul air dengan tipe Na-HCO3, sebaliknya apabila terjadi gangguan atau penyusupan air laut akan terjadi tipe Ca-Cl (Appello, 1991 dalam dalam Saefudin, 2000).
Sumberdaya airtanah di pulau kecil dapat mengalami pencucian (flushing) oleh air tawar sebagai imbuhan dari arah daratan sehingga kualitasnya menjadi semakin baik, atau sebaliknya mengalami penurunan kualitas sebagai akibat intrusi oleh air laut (Anonim, 1997 dalam Saefudin, 2000).
Menurut Falkland (1990) pengelolaan kualitas air di pulau kecil memiliki kealamian yang terfokus dalam area dekat pantai seperti muara, teluk, dan lagoon. Area ini memiliki populasi tinggi dan ekologi yang sensitif. Penggangguan airlaut merupakan masalah serius dan paling utama untuk mutu/kualitas airtanah di pulau kecil. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya pulau kecil sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah pesisir.
Selain penggangguan dari airlaut, penggangguan lain dapat berasal dari polusi sumur – sumur dan sungai – sungai yang ada. Polusi ini disebabkan karena tidak terkontrolnya penggunaan pupuk herbisida, dan pestisida. Hal ini terutama sekali mudah terjadi pada wilayah formasi batukarang.
Masih menurut Falkland (1990) pulau kecil pada daerah tropis atau lembab disaat hujan lebat dikombinasikan dengan faktor lokal seperti topografi yang curam, saluran air sungai yang pendek, penebangan hutan, dan tanah yang mudah terkikis akan mengakibatkan pengendapan pada tempat penyimpanan air (water storages) sehingga kapasitas atau daya tampungnya berkurang.
Oleh karena itu untuk pemenuhan kebutuhan akan air di pulau kecil dengan kualitas yang cukup baik, diperlukan pengembangan sumber daya air tidak konvensional seperti desalinisasi air laut, atau impor air dengan tongkang dan tangki/tank mencukupi permintaan untuk air.