Characterization
of the Traditional Gold Mining in Dimembe, North Minahasa
Herry Sumual
Dosen Jurusan Elektro, Fakultas Teknik,
UNIMA Manado
ABSTRAK
Proses pengolahan emas secara tradisional
yang diterapkan di wilayah pertambangan Dimembe menggunakan teknologi sederhana
dengan merkuri sebagai bahan penangkap emas melalui proses amalgamasi. Proses
penangkapan ini cenderung berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar karena
pada setiap tahapan proses memungkinkan terjadi degradasi logam berat yang ada,
sehingga dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan. Salah satu teknologi yang
dapat diterapkan untuk meminimalisasi kandungan logam berat yang terkandung
dalam limbah adalah menggunakan tumbuhan sebagai agen biofiltrasi, sehingga
dengan mengetahui kandungan unsur-unsur makro nutrient yang terkandung dalam
limbah menggambarkan kemungkiman pemanfaatan tumbuhan air sebagai agen
biofiltrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan limbah
tambang mengandung logam berat berupa Hg, As, Pb yang melampaui ambang batas
baku mutu lingkungan, selain itu mengandung hara makro yang memungkinkan
tumbuhan air tumbuh dalam air limbah tersebut.
Kata
kunci: limbah tambang, logam berat, makro nutrient
ABSTRACT
Traditional gold mining process applied at
mining areas in Dimembe used the simple technology, namely mercury, as an
absorption agent through amalgam process. Catching process is tend to create
any negative impacts in surrounding environment, while at the every steps was
possibly occur to degrade a heavy metal and predicted that will pollute
environment. One of the technology used to minimize heavy metal in waste water
is using plant as an biofiltrasi agent. With knowing the macro parts of
nutrient in waste water show the possibility of utilization of water plant as
an biofiltration agent. Research result shows that overall mining water consist
of heavy metal as Hg, As, Pb which over the environmental standar, excepted
consist of macro nutrient which can support aquatic plant growth in those wastewater.
Key words: Mining waste, heavy metal, macro
nutrient
PENDAHULUAN
Kegiatan
pertambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan
Dimembe Kabupaten Minahasa Utara telah berlangsung sejak tahun 1985 sampai
sekarang. Kegiatan pertambangan ini dilakukan secara tradisional, dimana proses
pengolahannya tidak menggunakan teknologi yang tinggi dan hanya menggunakan
peralatan yang sangat sderhana. Proses pengolahan emas ini dilakukan dengan
mengikuti beberapa tahapan antara lain penggalian batuan, pengolahan, dan
pembuangan limbah. Setiap tahapan proses ini secara ekologi membawa dampak yang
dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga perlu langkah-langkah yang bijaksana
dalam penanganannya sehingga resiko terhadap kerusakan lingkungan dapat
diminimalisasi.
Salah satu
daerah pembuangan air limbah pertambangan rakyat yang berlangsung di daerah
kecamatan Dimembe adalah lahan yang ada di sekitar lokasi pengolahan yang
selanjutnya mengalir menuju ke sungai sehingga makin lama terjadi akumulasi
kandungan logam dan material lainnya yang terkandung di dalam limbah sehingga
lama-kelamaan ekosistim sungan juga terganggu. Sebagai suatu ekosistim, sungai
merupakan suatu tempat yang menjadi
sasaran pembuangan limbah sehingga mengakibatkan tingkat pencemaran semakin
tinggi yang pada akhirnya pencemaran tersebut mempengaruhi kehidupan biota air
yang ada di dalamnya. Fardiaz (1992) mengemukakan bahwa air sering tercemar
oleh komponen-komponen anorganik antara lain logam berat yang berbahaya.
Penggunaan logam-logam berat ini untuk keperluan sehari-hari secara langsung atau
tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, sengaja tapi tidak langsung, telah
mencemari lingkungan, dimana beberapa jenis tertentu telah mencemari lingkungan
melebihi ambang batas bagi kehidupan. Logam-logam pencemar tersebut antara lain
merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), dan nikel
(Ni) merupakan logam-logam yang dapat terakumulasi dalam tubuh suatu organisme
dan akan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun.
Pertambangan emas tradisional merupakan salah
satu kegiatan ekonomi masyarakat di mana para penambang memperoleh penghasilan
yang cukup dari aktifitas tersebut. Di pihak lain, kegiatan pertambangan ini
berpotensi mencemari lokasi dan lingkungan sekitarnya karena penerapan
teknologi yang sederhana seperti penggunaan merkuri sebagai pengikat unsur emas
dalam proses amalgamasi. Pencemaran tersebut terjadi ketika sebagian merkuri yang
digunakan sebagai bahan pengikat unsur emas, terbuang bersama air limbah pencucian
ke lokasi pembuangan baik di tanah maupun di air sungai. Untung dan Achmad
(1999) mengemukakan bahwa air limbah dari penirisan tambang emas bersifat asam
dan mengandung logam berat. Kadar asam (pH) air tersebut berkisar antara 1,99 -
2,06. Konsentrasi tembaga berkisar antara 2,49 - 3,17 mg/l, seng antara 39,21 -
98,20 mg/l dan timbal antara 0,16 - 1,25 mg/l, sedangkan batuan yang digunakan
sebagai penutup mengandung berbagai jenis logam antara lain tembaga 0,007 - 0,056%.
Pb 0,009 - 0,09%, Fe total 6,93 - 34,4%.
Rumengan et al. (2004) menge-mukakan bahwa
berdasarkan kegiatan pemantauan pada bulan Mei dan Juni 2000 serta Mei dan Juni
2001 ternyata sudah terjadi akumulasi merkuri pada sedimen dan bioakumlasi pada
ikan dan moluska di daerah-daerah aliran sungai yang menerima buangan limbah
pengolahan emas terutama di muara sungai Talawaan (salah satu sungai di
kecamatan Dimembe). Kadar total merkuri di tempat yang yang menerima buangan
limbah telah mencapai tiga kali ambang batas, total Hg pada moluska bahkan
mencapai 0,5 mg/kg, dan pada ikan sudah terdapat sembilan ekor yang mengandung
total merkuri 0,5 mg/kg berat basah.
Berdasarkan
data di atas menunjuk-kan bahwa pencemaran di sekitar daerah pertambangan emas
termasuk pada sungai yang mengalir di sekitarnya merupakan masalah serius dan
perlu segera ditangani. Keadaan ini memerlukan tindakan penanganan yang bijaksana
agar supaya ancaman terhadap lingkungan dapat diminimalisasi. Selain itu keadaan
ling-kungan yang tercemar akan mengancam kehidupan flora dan fauna yang ada di
sekitarnya. Ancaman ini terjadi karena pada ekosistem, di mana organisme itu
hidup, terjadi aliran rantai makanan sehingga melalui rantai makanan akan
terjadi aliran bahan pencemar yang pada saatnya akan tiba pada manusia sebagai bagian
dari ekosistem tersebut. Masuknya merkuri dalam tubuh manusia akan menjadi
ancaman serius bagi kesehatan terutama penyakit yang diakibatkan oleh logam berat.
Mukono (2004) menge-mukakan bahwa terdapat beberapa pe-nyakit yang diakibatkan
oleh pencemaran merkuri seperti mercurilialism,
minamata disease, mad hetter’ disease.
Kegiatan pertambangan emas rakyat telah memberi kontribusi bagi penyerapan
tenaga kerja dan secara langsung juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat sekitar daerah pertambangan. Berdasarkan data di kecamatan Dimembe
Juli 2004 terdapat 1994 buah tromol dan menyerap tenaga kerja penambang
sebanyak 2500 - 3000 orang per hari. Menurut Langkubi (2004) bahwa kegiatan
penambangan telah meningkatkan pendapatan bagi masyarakat. Berdasarkan
perhitungan besarnya putaran uang yang beredar di kecamatan Dimembe dari
kegiatan pertambangan emas rakyat tersebut mencapai nilai minimal Rp. 30 milyar
pertahun
Tujuan
penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui
kandungan logam berat ( Hg, As, Pb) pada limbah tambang emas di Kecamatan
Dimembe; (2) mengetahui kandungan nutrisi (N,P,K) pada air limbah tambang emas
rakyat di kecamatan Dimembe.
METODE PENELITIAN
Karakterisasi
limbah dilakukan dengan menggunakan metode deskiptif analitik yaitu suatu usaha
untuk menggambarkan bagaimana karakteristik limbah dengan cara menganalisis
limbah pengolahan emas yang terdapat disekitar wilayah penambangan.
Karakterisasi diarahkan untuk mengetahui bagaimana konsentrasi logam berat dan
nutrisi yang terkandung di dalam limbah. Logam berat diutamakan pada merkuri
(Hg), arsen (As), dan timbal (Pb). Sedangkan nutrisi tumbuhan diutamakan pada
unsur nitrogen, fosfor dan kalium. Sugiharto (1987) mengemukakan bahwa untuk
mengetahui lebih luas tentang air limbah, maka perlu kiranya diketahui juga
secara detail mengenai kandungan yang ada di dalam air limbah, serta
sifat-sifat logam yang terdapat di dalamnya
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu September 2009 s/d
Oktober 2009. Tempat pengambilan sampel di lokasi pengolahan tambang emas
Dimembe, analisis sampel dilaksanakan di balai riset dan standarisasi industri
dan perdagangan Manado.
Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan adalah seperangkat instrumen pengujian dengan metode
AAS, 3 botol penampungan sampel limbah yang telah disterilkan dengan asam NaCl,
alat pengambil sampel air, kamera, kotak penampungan botol. Bahan yang
dibutuhkan adalah air limbah yang diambil dari buangan pengolahan emas
tradisional.
Prosedur Kerja
Air limbah
buangan pengolahan emas tradisional ditampung pada 1 (satu) botol penampungan
yang telah disiapkan sebagai sampel pengujian. Selanjutnya sampel air limbah
tersebut dibawa ke laboratorium untuk diuji karakteristik limbah. Pengujian
dilakukan menggunakan metode AAS dengan tujuan untuk menguji kandungan logam
berat berupa total merkuri (Hg), arsen (As), dan timah (Pb). Selain itu dilakukan
pengujian tentang kandungan nutrisi tumbuhan berupa natrium, fosfor, dan
kalium.
Pengamatan
Sampel air
limbah yang telah dibawa ke laboratorium diuji/dianalisis kandungan logam berat
merkuri (Hg), arsen (As), Pb, dan nutrisi tumbuhan berupa N. P. K. Parameter
pengamatan yaitu bagaimana konsentrasi merkuri, timbal, dan arsen, serta
bagaimana konsentrasi unsur natrium, fosfor, dan kalium yang terdapat di dalam
air limbah.
Analisis data
Kandungan
Logam berat limbah
Untuk
mengetahui kandungan logam berat yang terkandung di dalam limbah, dilakukan
pengujian kandungan logam berat berupa merkuri (Hg), Arsen (As), timah (Pb).
Pengujian ini menggunakan metode atomic
absorbption spectroscopy (AAS). Karakterisasi limbah dilakukan dengan
tujuan agar peneliti mendapatkan
gambaran bagaimana kandungan logam berat yang ada di dalam limbah, serta
kandungan nutrisi tumbuhan air yang terkandung di dalam limbah.
Hasil analisis
laboratorium me-nunjukkan bahwa air limbah tambang emas tradisional mengandung
logam berat masing-masing berupa merkuri (Hg) 9,03 ppm, arsen (As) 0,09 ppm ,
dan timbal (Pb) 0,06 ppm. Konsentrasi logam berat dalam limbah pengolahan
tambang emas tradisional ini telah
mengandung logam berat sebagai pencemar dengan konsentrasi masing-masing
melewati ambang batas baku mutu lingkungan.
Tabel 1. Kandungan logam berat dalam limbah
Jenis logam berat
|
Total (mg/l)
|
Merkuri( Hg)
|
9,03
|
Arsen (As)
|
0,09
|
Timbal (Pb)
|
0,06
|
Kandungan nutrisi
Kandungan
nutrisi di dalam air akan sangat menentukan apakah tumbuhan dapat tumbuh pada
kondisi air yang ada di dalamnya. Data tentang kandungan nutrisi yang
terkandung di dalam air limbah akan dapat menggambarkan apakah kondisi
lingkungan air memungkinkan untuk ditumbuhi tumbuhan atau tidak. Pe-manfaatan
tumbuhan sebagai agen biofiltrasi akan dapat ditentukan berdasarkan kandungan
air limbah yang ada. Limbah yang berasal dari lokasi pengolahan limbah dibawa
ke laboratorium untuk dianalisis kandungan nutrisinya dengan menggunakan metode
AAS. Kandungan nutrisinya di utamakan
pada unsur N, P, K. Berasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa limbah tambang
emas tradisional mengandung unsur-unsur makro
nutrient berupa nitrogen (N)545 mg/l, foefat (P) 25,58 mg/l, kalium (K)
11,67 Mg/l.
Tabel 2. Kandungan nutrisi dalam limbah
Jenis Nutrisi
|
Total (mg/l)
|
Natrium (N)
|
545
|
Phosfat (P)
|
25,58
|
Kalium (K)
|
11,67
|
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa limbah
yang diuji, walaupun sudah tercemar logam berat, tetapi masih dapat menyediakan
nutrisi untuk tumbuhan air. Selain itu pengujian ini membuktikan bahwa untuk menanggulangi
pencemaran di dalam air tersebut dapat menggunakan teknologi biofiltrasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Usaha mengadakan
karakterisasi dilakukan karena diduga limbah buangan ini telah mengandung logam
berat akibat dari sistim pengolahan tambang secara tradisional. Sugiharto
(1987) menge-mukakan bahwa untuk mengetahui lebih luas tentang air limbah, maka
perlu kiranya diketahui juga secara detail mengenai kandungan yang ada di dalam
air limbah, serta sifat-sifat logam yang terdapat di dalamnya. Penelitian
yang dilakukan terhadap air limbah yang dibuang setelah digunakan sebagai
pencuci pada pengo-lahan tambang emas tradisional. Dari hari analisis
laboratorium dengan metode AAS ternyata kandungan logam merkuri adalah 9,035
ppm. Konsentrasi ini telah jauh melampaui ambang batas baku mutu air sungai
sehingga sebelum dilepas ke lingkungan perlu adanya perlakuan (treatment) secara khusus agar kandungan
logam berat dapat diminimalisasikan. Seperti diketahui bahwa air limbah dari kegiatan
proses penambangan akan dibuang ke lingkungan sekitar baik di daratan, maupun
dibuang langsung ke badan sungai. Menurut Kep.Men.LH bahwa baku mutu lingkungan
untuk air yang digunakan untuk persawahan (sungai) adalah 0,002 ppm.
Konsentrasi
logam berat berupa merkuri, arsen, dan timbal yang terdapat pada air limbah
menunjukkan bahwa limbah tambang emas tradisional ini berpotensi untuk
mencemari lingkungan sekitar. Khusus untuk merkuri potensi ini sangat tinggi
mengingat air sungai Talawaan ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk
mengairi sawah dan peternakan ikan tawar. Akibat dari kegiatan pembuangan ke
sungai yang dilakukan selama ini, maka sungai Talawaan dewasa ini terancam
tercemar merkuri. Rumengan et al (2004)
mengemukakan bahwa berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2003, konsentrasi
total merkuri di sungai Talawaan yang melewati daerah-daerah pengolahan emas
relatif tinggi dibanding dengan sungai- sungai lainnya yang tidak melalui
daerah kegiatan pengolahan emas tradisional. Tingginya kandungan merkuri yang terdapat di aliran sungai sungai
Talawaan yang melewati daerah penambangan dimungkinkan karena akumulasi limbah
dari beberapa titik lokasi pengolahan yang ada di sekitar wilayah penambangan.
Data dari pemerintah kecamatan Dimembe juli 2004 menunjukkan bahwa terdapat
1994 buah tromol beroperasi tiap hari dengan masing-masing menggunakan 1-2 kg
merkuri per hari sehingga kira-kira terdapat 200 ton merkuri yang digunakan
setiap tahun Selanjutnya Limbong dkk (2004) mengemukakan estimasi junlah
merkuri yang mencemari lingkungan dari penambangan emas di Kecamatan Dimembe
adalah 11.232 kg-14.040 kg setiap tahunnya.
Namun demikian air sumur yang menjadi sumber air minum yang berada di
daerah pengolahan tambang emas belum tercemar. Berdasarkan hasil analis
kandungan merkuri di dalam air sumur adalah 0.00082 ppm jauh ai bawah baku mutu
air minum yaitu 0,001.ppm yang artinya air sumur yang ada di sekitar lokasi
pengolahan tambang emas tradisional masih layak untuk di konsumsi.
Penelitian
lain yang telah dilakukan sebagai kegiatan awal adalah menguji nutrisi tumbuhan
yang terdapat di dalam limbah. Pengujian ini penting mengingat penelitian ini
menggunakan tumbuhan air sebagai agen bioremediasi. Kegiatan remediasi ini
membutuhkan kondisi yang memungkinkan tumbuhan dapat hidup selang waktu
tertentu untuk kegiatan penyerapan (absorbsi) logam pencemar. Canter, Larry
1997) mengemukakan bahwa langkah awal yang perlu dilakukan untuk menangani air
permukaan adalah mengidentifikasi kualitas dan kuantitas air yang akan menjadi
obeyek perlakuan. Hasil analisis ternyata bahwa air limbah mengandung
unsur-unsur nutrisi terutama N, P K yang cukup untuk pertumbuhan. Nitrogen,
fosfor bersama-sama dengan karbon merupakan nutrisi utama untuk pertumbuhan .
Unsur-unsur ini apabila memasuki lingkungan air akan berperan penting pada
pertumbuhan terutama pada organisme yang tumbuh di air. Apabila terlepas dalam
jumlah yang melebihi kebutuhan dapat pula berperan dalam penangulangan polusi
yang terjadi di sekitarnya.
KESIMPULAN
1.
Limbah tambang emas tradisional mengandung logam berat
berupa merkuri, timah, dan arsen dengan konsentrasi yang melebihi baku mutu
lingkungan.
2.
Limbah tambang emas mengandung nutrisi tumbuhan berupa
N, P, K sehingga bahan pencemar yang terdapat dalam limbah dapat ditanggulangi
dengan menggunakan tumbuhan air sebagai agen bio-remediasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ariens, E.,J., Mutschler E.,
Simonis A.M.,1993. PengantarToksikologi
Umum. Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Assa, I., 2003. Tingkat Keracunan Merkuri pada Pekerja Tambang di Desa
Talawaan Kecamatan Dimembe. Tesis. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Bapedalda Sulut, 2002. Penelitian Tentang Limbah Merkuri di Propinsi
Sulawesi Utara Selang 2002 sampai 2001.Sub.Bidang Pengendalian Pencemar Air,
Bapedalda, Manado
Chen,W.Y., Anderson Paul R., Zholsen, M. T. Recovery and Recycle of
Metals From Wastewater With a Magnetite-based adsorption Process. Jurnal Research Journal WPCF, Volume 63 No.
7 Tahun 1991
Chon-Lin, Lee., Tsen C.Wang., Ching-ku Lin., Hin-Kiu
Mok., 1999. Heavy Metals Removal by a Promising Locally Available Aquatic
Plant, Najas Graminea Del., In Taiwan. Jurnal
Wat. Sci. Tech. Vol. 39, No. 10-11, 1999
Crites and Tchobanoglous., 1998. Small
and Decentralized Wastewater Management Systems. McGraaw-Hill,
California
Connell, Des W., 1995. Bioakumulasi
Senyawaan Xenobiotik. UI-
Press, Jakarta
Dickman, D.I., Stuart,
K.W., 1983. The Culture of Poplars in Eastern North America Departement of
Foresty, Michigan State University, Michigan
Eckenfelder.W.W. Jr., 2003. Industrial Water Pollution Control. Mc
Graw Hill, New York
EPA. 1997. Capsule Report. Aqueous Mercury Treatment. Washington DC.
EPA. 1992. Manual Wastewater
Treatment/Disposal for Small Communities. September 1992. Washington DC
Eldowney Mc. S.,
Hardman, D.J. Waite. 1993. Ecology and Biotreatment, pp 48-58. Longman
Singapore Publisher Pte.Ltd., Singapore
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta
Gary, N.F. 1989. Biology of
Wastewater Treatment. Oxford University Press, Oxford
Gwozdz, E.A., R. Przymusinski, R. Rucinska, and J.
Deckert. 1997. Plant cell responses to heavy metals: molecular and physio-logical
aspects. Acta Physiol Plant. 19: 459-465
Ismoyo, I, H dan Rijaluzzaman (penyunting), 1995. Kamus Istilah
Lingkungan. Penerbit Bina
Rena Pariwara, Jakarta
Kamagi W.A. Potensi
dan Permasalahan Pertambangan Emas Rakyat di Sulawesi Utara. Makalah: Seminar
Pertambangan Rakyat Tingkat Nasional. Jakarta, 28-29 Juni 1989
Kambey, J.L. 2002. Influence
of Illegal Gold Mining on Mercury Level In Fish Of Tatelu Area, North Sulawesi,
Indonesia. Thesis. Universitas Sam Ratulangi, Manado
Langkubi,
O. 2004. Usaha Pemerintah Dalam Mengatasi Dampak Pen-cemaran Pertambangan
Rakyat Di Kecamatan Dimembe. Makalah.
Seminar Masalah dan Solusi Penembangan emas Di Kematan Dimembe September 2004.
Limbong, D. 2004. Dampak
Potensial Aktivitas Penambangan Emas Rakyat di Kecamatan Dimembe Terhadap
Kesehatan Masyarakat. Makalah. Seminar
Masalah dan Solusi Penembangan emas Di Kematan Dimembe September 2004.
Metdof dan Eddy. 2003. Wastewater Enginering, Treatment and Reuse. Mc
Graw Hill, New York, hal.77-79
Mc.Eldowney, S., Hardman, D.J. and Waite, S. 1993. Pollutan, Ecology and Biotreatment. Longman
Singapore Publisher ltd., Singapore
Mukono, H. J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga
University Press, Surabaya
Mukono H. J. 2004. Toksikologi Limbah Berbahaya dan Beracun (B3)
Khususnya Logam Berat Timbal (Pb),Merkuri (Hg),dan Cadmium (Cd) serta Dampaknya
Terhadap Kesehatan. FKM Unair, Surabaya
Palar, H. 1994. Pencemaran & Toksikologi Logam Berat. Rineke
Cipta, Jakarta.
Prawinata, W., Haran, S. Tjondronegoro, P. 1991. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Rumengan I.F.M. 2004. Dampak Biologi dari Pertambangan Emas Rakyat di
Daerah Aliran Sungai Talawaan, Manahasa Utara. Makalah. Seminar masalah dan
solusi penambangan emas di Kecamatan Dimembe 9 September 2004.
Retno Damayanti, Selinawati T.D, Djuarsih. Pemanfaatan Abu Batubara
Untuk Penetral Limbah Air Asam Tambang. Jurnal
Kimia Lingkungan Vol. 2., No.1., Tahun 2000
Salisbury, F.B dan Rose C.W., 1985. Plant Physiology. Wadsworth
Publishing Company, California
Sastrawijaya, A., T., 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.
Slamet, J, S., 1994. Kesehatan
Lingkungan. Gajahmada University Press,
Yogyakarta
Sugiharto, 1997. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press, Jakarta
Surtiningsih T., 1997. Bioremidiasi Cd dan Ketersediaan P Batuan
Fosfat Oleh Cendawan Ektomikorhiza (Pisolithus
tinctorius dan Suillus
granulatus) Dalam Kultur Murni. Jurnal.
Penelitian Hayati Vol. 3. No. 2 Thn 1997, Surabaya
Untung S.R., Yayat Achmad Nur, 1999. Inventarisasi Masalah Lingkungan
Pertambangan Emas Rakyat di Daerah Wonogiri. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Jakarta
Wardhana , W, A., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta
Washington Tambunan., Amal Ginting, 2000. Mercury Utilization and Its Environmental Risk. Indonesian
Minning Journal, Journal Vol. 6 No. 3
Oktober 2000
Watanabe, M., 1997. Phytoremediation on the Brink of
Commercialization. Environ. Sci. Technol. 31:182A-186A