#Post Title #Post Title #Post Title #Post Title #Post Title #Post Title #Post Title
Jumat, 06 Juli 2012

Sayidatina Fatimah r.ha


Dia besar dalam suasana kesusahan. Ibundanya pergi ketika usianya terlalu muda dan masih memerlukan kasih sayang seorang ibu. Sejak itu, dialah yang mengambil alih tugas mengurus rumahtangga seperti memasak, mencuci dan menguruskan keperluan ayahandanya.

Di balik kesibukan itu, dia juga adalah seorang yang paling kuat beribadah. Keletihan yang ditanggung akibat seharian bekerja menggantikan tugas ibunya yang telah pergi itu, tidak pula menghalang Sayidatina Fatimah daripada bermunajah dan beribadah kepada Allah SWT. Malam- malam yang dilalui, diisi dengan tahajud, zikir dan siangnya pula dengan sembahyang, puasa, membaca Al Quran dan lain-lain. Setiap hari, suara halusnya mengalunkan irama Al Quran.

Di waktu umurnya mencapai 18 tahun, dia dikawinkan dengan pemuda yang sangat miskin hidupnya. Bahkan karena kemiskinan itu, untuk membayar mas kawin pun suaminya tidak mampu lalu dibantu oleh Rasulullah SAW.

Setelah berkawin kehidupannya berjalan dalam suasana yang amat sederhana, gigih dan penuh ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Digelari Singa Allah, suaminya Sayidina Ali merupakan orang kepercayaan Rasulullah SAW yang diamanahkan untuk berada di barisan depan dalam tentera Islam. Maka dari itu, seringlah Sayidatina Fatimah ditinggalkan oleh suaminya yang pergi berperang untuk berbulan-bulan lamanya. Namun dia tetap ridho dengan suaminya. Isteri mana yang tidak mengharapkan belaian mesra daripada seorang suami. Namun bagi Sayidatina Fatimah r.ha, saat-saat berjauhan dengan suami adalah satu kesempatan berdampingan dengan Allah SWT untuk mencari kasih-Nya, melalui ibadah-ibadah yang dibangunkan.

Sepanjang kepergian Sayidina Ali itu, hanya anak-anak yang masih kecil menjadi temannya. Nafkah untuk dirinya dan anak-anaknya Hassan, Hussin, Muhsin, Zainab dan Umi Kalsum diusahakan sendiri. Untuk mendapatkan air, berjalanlah dia sejauh hampir dua batu dan mengambilnya dari sumur yang 40 hasta dalamnya, di tengah teriknya matahari padang pasir. Kadangkala dia lapar sepanjanghari. Sering dia berpuasa dan tubuhnya sangat kurus hingga menampakkan tulang di dadanya.

Pernah suatu hari, ketika dia sedang tekun bekerja di sisi batu pengisar gandum, Rasulullah datang berkunjung ke rumahnya. Sayidatina Fatimah yang amat keletihan ketika itu lalu menceritakan kesusahan hidupnya itu kepada Rasulullah SAW. Betapa dirinya sangat letih bekerja, mengangkat air, memasak serta merawat anak-anak. Dia berharap agar Rasulullah dapat menyampaikan kepada Sayidina Ali, kalau mungkin boleh disediakan untuknya seorang pembantu rumah. Rasulullah saw merasa terharu terhadap penanggungan anaknya itu. Namun baginda amat tahu, sesungguhnya Allah memang menghendaki kesusahan bagi hamba-Nya sewaktu di dunia untuk membeli kesenangan di akhirat. Mereka yang rela bersusah payah dengan ujian di dunia demi mengharapkan keridhoan-Nya, mereka inilah yang mendapat tempat di sisi-Nya. Lalu dibujuknya Fatimah r.ha sambil memberikan harapan dengan janji-janji Allah. Baginda mengajarkan zikir, tahmid dan takbir yang apabila diamalkan, segala penanggungan dan bebanan hidup akan terasa ringan.

Ketaatannya kepada Sayidina Ali menyebabkan Allah SWT mengangkat derajatnya. Sayidatina Fatimah tidak pernah mengeluh dengan kekurangan dan kemiskinan keluarga mereka. Tidak juga dia meminta-minta hingga menyusah-nyusahkan suaminya.

Dalam pada itu, kemiskinan tidak menghilang Sayidatina Fatimah untuk selalu bersedekah. Dia tidak sanggup untuk kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan. Dia tidak rela hidup senang dikala orang lain menderita. Bahkan dia tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa memberikan sesuatu meskipun dirinya sendiri sering kelaparan. Memang cocok sekali pasangan Sayidina Ali ini karena Sayidina Ali sendiri lantaran kemurahan hatinya sehingga digelar sebagai ‘Bapa bagi janda dan anak yatim di Madinah.

Namun, pernah suatu hari, Sayidatina Fatimah telah menyebabkan Sayidina Ali tersentuh hati dengan kata-katanya. Menyadari kesalahannya, Sayidatina Fatimah segera meminta maaf berulang-ulang kali.

Ketika dilihatnya raut muka suaminya tidak juga berubah, lalu dengan berlari-lari bersama anaknya mengelilingi Sayidina Ali. Tujuh puluh kali dia ‘tawaf’ sambil merayu-rayu memohon dimaafkan. Melihatkan aksi Sayidatina Fatimah itu, tersenyumlah Sayidina Ali lantas memaafkan isterinya itu.

“Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau mati sedang Ali tidak memaafkanmu, niscaya aku tidak akan menyembahyangkan jenazahmu,” Rasulullah SAW memberi nasehat kepada puterinya itu ketika masalah itu sampai ke telinga baginda.

Begitu tinggi kedudukan seorang suami yang ditetapkan Allah SWT sebagai pemimpin bagi seorang isteri. Betapa seorang isteri itu perlu berhati-hati dan sopan di saat berhadapan dengan suami. Apa yang dilakukan Sayidatina Fatimah itu bukanlah disengaja, bukan juga dia membentak – bentak, marah-marah, meninggikan suara, bermasam muka, atau lain-lain yang menyusahkan Sayidina Ali meskipun demikian Rasulullah SAW berkata begitu terhadap Fatimah.

Ketika perang Uhud, Sayidatina Fatimah ikut merawat luka Rasulullah. Dia juga turut bersama Rasulullah semasa peristiwa penawanan Kota Makkah dan ketika ayahandanya mengerjakan ‘Haji Wada’ pada akhir tahun 11 Hijrah. Dalam perjalanan haji terakhir ini Rasulullah SAW telah jatuh sakit. Sayidatina Fatimah tetap di sisi ayahandanya. Ketika itu Rasulullah membisikkan sesuatu ke telinga Fatimah r.ha membuatnya menangis, kemudian Nabi SAW membisikkan sesuatu lagi yang membuatnya tersenyum.

Dia menangis karena ayahandanya telah membisikkan kepadanya berita kematian baginda. Namun, sewaktu ayahandanya menyatakan bahwa dialah orang pertama yang akan berkumpul dengan baginda di alam baqa’, gembiralah hatinya. Sayidatina Fatimah meninggal dunia enam bulan setelah kewafatan Nabi SAW, dalam usia 28 tahun dan dimakamkan di Perkuburan Baqi’, Madinah.

Demikianlah wanita utama, agung dan namanya harum tercatat dalam al-Quran, disusahkan hidupnya oleh Allah SWT. Sengaja dibuat begitu oleh Allah kerana Dia tahu bahawa dengan kesusahan itu, hamba-Nya akan lebih hampir kepada-Nya. Begitulah juga dengan kehidupan wanita-wanita agung yang lain. Mereka tidak sempat berlaku sombong serta membangga diri atau bersenang-senang. Sebaliknya, dengan kesusahan-kesusahan itulah mereka dididik oleh Allah untuk senantiasa merasa sabar, ridho, takut dengan dosa, tawadhuk (merendahkan diri), tawakkal dan lain-lain. Ujian-ujian itulah yang sangat mendidik mereka agar bertaqwa kepada Allah SWT. Justru, wanita yang sukses di dunia dan di akhirat adalah wanita yang hatinya dekat dengan Allah, merasa terhibur dalam melakukan ketaatan terhadap-Nya, dan amat bersungguh-sungguh menjauhi larangan-Nya, biarpun diri mereka menderita.

***

Oleh: Miftachul Arifin

[ Read More ]

Orang Pintar dan orang pandai


Oleh: Buletin Jum’at Al-Atsariyyah

Manusia zaman modern memang aneh, teknologi semakin maju, namun kepercayaan terkadang terbelakang. Mereka masih mempercayai para dukun untuk menentukan nasibnya. Tak terbatas pada orang awam dan primitif saja, namun juga artis pengusaha, pejabat, bahkan orang akademik yang setiap hari melahap ilmu pengetahuan pun ikut-ikutan. Padahal si dukun sendiri kehidupannya biasa-biasa saja. Anehnya si dukun sering disebut “Orang Pintar“. Dia memang orang pintar, tapi pintar membohongi orang. Inilah yang diistilahkan dengan “Pintar-pintar Bodoh

Dalam keseharian, banyak para gadis yang ingin mendapatkan jodoh datang meminta petuah dukun yang kebetulan “buka praktek”. Banyak pula yang justru ditipu oleh dukun, ada yang direnggut kegadisannya; harta bendanya diperas, bahkan ada yang dibunuh dengan dalih menyempurnakan ilmu sang dukun. Orang sakit parah, orang yang ingin cepat naik pangkat, cepat kaya, ingin mencelakakan orang atau ingin selamat dari gangguan orang lain, eh juga datang ke orang pintar ini. Seolah-olah orang yang disebut “orang pintar” alias dukun itu adalah orang yang serba bisa dan serba mampu mengatasi segala persoalan.

Seorang muslim dilarang keras untuk mendatangi para normal alias dukun sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam -,

“Barang siapa yang mendatangi peramal, kemudian menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama emapat puluh hari.” [HR. Muslim (2230)

Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy -rahimahullah- berkata, "Adapun arrof (peramal), sungguh telah lewat penjelasannya, dan bahwa ia adalah termasuk golongan para dukun". [Lihat Al- Minhaj Syarh Shohih Muslim (14/227)]

Bahkan Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

Barang siapa yang mendatangi dukun atau arraf (peramal) lalu membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [HR. Ahmad dalam Musnad-nya (2/429/no.9532), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (1/8/no.15), Al Baihaqi (7/198/no.16274), dan di-shahih-kan oleh Syaikh Al Albaniy dalam Shohih At-Targhib (3047)

Maksudnya, ia telah mengingkari ayat yang diturunkan kepada Muhammad -Shollallahu 'alaihi wasallam- berikut ini,

"Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." (QS. An-Naml: 65) [Lihat Al-Qaul Al- Mufid (hal.33), cet. Darul Aqidah].

Hadits ini menunjukkan kafirnya orang yang membenarkan para dukun dan peramal, jika ia meyakini bahwa dukun atau peramal mengetahui perkara ghaib. Adapun hadits yang sebelumnya, menunjukkan tidak kafirnya orang yang membenarkan dukun atau peramal, jika ia tidak meyakini demikian, tapi ia meyakini bahwa itu adalah berita dari jin yang dicuri dengar dari malaikat. Perlu diketahui bahwa sekalipun ia tak kafir, namun membenarkan dukun adalah dosa besar yang menyebabkan pahala sholat tertolak !!

Abdur Ra’uf Al-Munawiy -rahimahullah- berkata, “Hadits ini dengan hadits yang sebelumnya tak ada kontradiksi, karena maksudnya, orang yang membenarkan dukun jika ia meyakini bahwa si dukun mengetahui perkara ghaib, maka ia kafir; jika ia meyakini bahwa jin membisikkan kepada si dukun sesuatu yang ia curi dengar dari malaikat, dan bahwa hal itu melalui wangsit (dari jin), lalu ia (orang yang datang ke dukun) membenarkan dukun dari cara seperti ini, maka ia tak kafir.” [Lihat Faidhul Qodir (6/23/no.10883)]

Sebagian besar masyarakat kita yang tidak berpegang teguh kepada aqidah islam yang benar, selalu menjadikan “orang pintar” alias para normal dan dukun sebagai tempat bertanya, mengadu, tempat mencurahkan segala keluh kesah, dan tempat bersandar. Fenomena ini nampak jelas, saat pemilu, pertandingan sepak bola, pembangunan rumah dan gedung bertingkat, saat turunnya bala’, pernikahan, kehamilan, baca-baca (kenduren) dan sebagainya. Bahkan ketika Orde Baru digulirkan dan reformasi ditegakkan, para dukun atau para normal naik daun. Muncullah sejumlah ramalan tentang masa depan bangsa dan negara dikemukakan. Media masa dan televisi pun menjadikan mereka sebagai pengamat politik dan ekonomi. Mereka lebih mempercayai ucapannya para dukun dari pada ucapan Allah dan Rasul-Nya. Padahal tidak ada satu pun ucapan yang dilontarkan oleh sang dukun, kecuali ia campurkan dengan seratus kebohongan. Masih segar dalam benak kita peristiwa meluapnya lumpur panas dan ganas Lapindo sehingga memaksa masyarakat berkerut dahi sampai mereka melibatkan dukun dan para normal yang tidak mendatangkan hasil. Ini adalah musibah dan kejahilan !! La haula walaa quwwata illa billah.

Para dukun dan para normal tidaklah mengabarkan perkara ghaib, kecuali ia akan berdusta. Jika ia benar -tapi ini jarang-, maka mungkin itu hanya kebetulan atau mendapatkan wangsit dari jin yang dicuri dari para malaikat.

A’isyah -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

Orang-orang bertanya kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- tentang dukun (para normal). Beliau bersabda, “Mereka tidak ada apa-apanya.” Para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, mereka terkadang mengucapkan sesuatu yang kemudian betul-betul terjadi? Beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menjawab, “Itu adalah kata-kata yang benar, dicuri oleh jin (dari langit), lalu dibisikkan kepada wali-walinya (para dukun), lalu para dukun itu memcampurkannya dengan seratus kebohongan.” [HR. Al Bukhariy dalam Shohih-nya (5762), Muslim (2228)].

Al-Imam Abu Sulaiman Al-Khoththobiy -rahimahullah- berkata, “Para dukun itu sebagaimana yang diketahui berdasarkan fakta eksperimen adalah kaum yang memiliki perasaan yang peka, hati yang buruk, dan tabiat yang panas. Mereka selalu meminta bantuan kepada jin dalam segala urusannya, dan bertanya kepada jin tentang kejadian-kejadian. Lalu jin pun membisikkan wangsit-wangsit kepada si dukun.” [Lihat Fath Al-Bari (10/219), cet. Darul Ma'rifah]

Trik-trik kalimat yang sering mereka gunakan seperti: “inikan hanya ikhtiar, yang menentukan kan Tuhan.” Trik-trik itu sangat “jitu” dan sangat “efektif” untuk menipu orang-orang awam muslim yang jahil (bodoh). Cukuplah bukti-bukti yang terjadi di sekitar kita menjadi pelajaran yang berharga. Berapa banyak wanita-wanita yang dicabuli, berapa banyak orang yang dikuras hartanya, berapa banyak orang yang sakit, justru bertambah parah setelah mendatangi dukun tersebut?

Dengan fakta seperti ini, masihkah kita mau mendatangi dan mempercayai para dukun? Padahal kebutuhan dirinya sendiri saja tidak dapat dia penuhi, apalagi kebutuhan orang lain. Andaikata mereka (para dukun itu) mengetahui hal-hal yang ghaib, niscaya mereka akan mengambil harta yang tersimpan di dalam perut bumi ini, sehingga mereka tidak lagi menjadi orang fakir yang kerjanya meminta-minta dan mengelabui orang lain, karena hanya sekedar mencari sesuap nasi dengan cara yang batil.

Namun kini paradukun sudah ganti wajah. Mereka tidak mau lagi disebut ” dukun”. Padahal mereka tetap melakukan perdukunan, namun bersembunyi di balik sorban atau jubah mereka. Maka bertebaranlah dukun-dukun yang berkedok sebagai “kiyai” atau “ustadz”, dan “orang pintar” sehingga muncullah istilah “dukun islami”. Sungguh mereka adalah racun di dalam Islam. Mereka mengelabui kaum muslimin dengan lahiriah mereka, sehingga masyarakat menyangka hal itu termasuk bagian dari syariat islam. Padahal Islam sangat jauh dari hal tersebut.

Bagaimana mungkin kita mempercayai orang-orang seperti ini; dia mengaku mengetahui perkara ghaib dan mampu menolak bala, padahal orang yang paling mulia di muka bumi ini, sekaligus Rasul yang paling mulia tidak mengetahui perkara tersebut. Apakah mereka (para dukun) lebih baik daripada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-? Allah -Ta’ala- memerintahkan Rasul-Nya untuk menyatakan kepada ummatnya,

“Katakanlah, “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raf: 188)

Ahli Tafsir Negeri Syam, Al-Imam Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata, “Allah -Ta’ala- memerintahkan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk mengembalikan segala urusan kepada-Nya, dan mengabarkan tentang dirinya bahwa ia (Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-) tidaklah mengetahui perkara ghaib di masa akan datang. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidaklah mengetahui sedikitpun diantara hal ghaib itu, selain perkara yang Allah singkapkan baginya.” [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim(2/363)]

Allah -Ta’ala- telah menyatakan bahwa tidak semua para rasul Allah perlihatkan kepadanya perkara ghaib, tapi Allah memilih sebagian rasul-rasul yang diridhoi-Nya saja. Allah -Tabaraka wa Ta’ala- berfirman,

“(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al Jin: 26-27)

Jadi para dukun yang mengaku mengetahui perkara ghaib telah bersikap lancang terhadap Allah Yang Maha Mengetahui Perkara Ghaib. Hanyalah Allah yang mengetahui perkara ghaib. Tak ada makhluk yang mengetahui perkara ghaib, baik ia malaikat ataupun nabi, apalagi selain keduanya. Kalaupun ada nabi atau malaikat yang tahu perkara ghaib, maka itu hanyalah setitik diantara perkara ghaib yang Allah wahyukan kepada mereka. Jadi, pada asalnya mereka tak tahu perkara ghaib!! Nah, tentunya paranormal dan dukun lebih tidak mungkin lagi mengetahui perkara ghaib. Fa’tabiruu ya ulil albab…

Kami menasihatkan kepada kaum muslimin agar jangan mau tertipu oleh para dukun. Tuntutlah ilmu syar’i dan kokohkanlah aqidah kalian, karena sebab utama tersesatnya seseorang dan tertipunya dengan para dukun, karena tauhid kita kepada Allah -Ta’ala- masih belum benar, belum mantap atau belum ada sama sekali!!

Ingatlah! Allah -Azza wa Jalla- telah memperingatkan kita dalam ayat-ayat di atas dan hadits-hadits nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- agar kita jangan mendatangi dukun.

Namun jika kita tetap melanggarnya maka bacalah firman Allah -Ta’ala-,

“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, Mengapa Engkau menghimpunkan Aku dalam keadaan buta, padahal Aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, Telah datang kepadamu ayat-ayat kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari Ini kamupun dilupakan.” (QS. Thohaa: 123-126).

Demikianlah tulisan ini kami tulis sebagai bentuk kepedulian kami terhadap ummat Islam di Indonesia Raya, karena melihat maraknya perdukunan, ramalan, dan paranormal dekade terakhir ini. Mudah-mudahan risalah ini bisa menyadarkan ummat.

***

Sumber: Buletin Jum’at Al-Atsariyyah

[ Read More ]

Jangan Mengeluh, Pertolongan Allah Pasti Datang


Dalam menjalani hidup yang digariskan Allah Subhanahu wata’ala mungkin ada getir yang kita rasakan. Seperti hidup yang kadang terasa manis, maka kegetiran menjadi sebuah keniscayaan. Hal yang terbaik adalah senantiasa ridha atas ketetapanNya, dan berbuat yang terbaik untuk mendapatkan keridhaanNya. Bukan mengeluh, sebab hanya mereka yang tak beriman yang senantiasa putus harapan.Seperti kaum muslimin yang menjalani perang Khandaq dalam ayat 214 surat Al Baqarah di muka. Dalam kondisi paling kritis pun, seorang muslim tidak boleh memiliki prasangka buruk terhadap Allah, apalagi mengeluh terhadap kondisi yang berlaku. Ketahuilah pertolongan Allah sungguh amat dekat!

Sore itu Rabu, tanggal 27 Juni 2007 ada sebuah sms masuk ke hp Ustadz Burhan. Sms itu berasal dari Abdul Majid rekannya dan berbunyi: NANTI MALAM SAYA MAU KE RUMAH BA’DA MAGRIB, BOLEH GA?

Sang ustadz menjawab: BOLEH, TAPI JANGAN BA’DA MAGRIB. ABIS ISYA AJA YA…. DITUNGGU!

Abdul Majid membalas lagi: JGN DITUNGGU, KARENA MAU “NGEREPOTIN”. ANGGAP AJA DATENG MENDADAK!

Ustadz Burhan tidak membalas sms terakhir dan benar saja begitu shalat Isya telah didirikan, Abdul Majid pun datang ke rumah Ustadz. Abdul Majid datang ke rumah Ustadz Burhan dengan tampang kusut. Sepertinya dia lagi banyak masalah. Biasa orang sekarang, Hidup sarat dengan masalah! Saking pusing dengan masalahnya ia langsung berkata kepada ustadz dan masuk rumahnya tanpa salam: “Bang Haji, tolongin saya dong pinjemin duit barang tiga juta setengah… Saya lagi pusing nih!”

“Emangnya ada apa Majid?” sang ustadz bertanya balik. Setahu ustadz Burhan, Abdul Majid adalah anak yang baik. Dia baru berumur 27 tahun dan belum menikah. Meski demikian, Abdul Majid mau memikirkan nasib anak-anak yatim di kampungnya, dan ia pun mendirikan sekolah gratis untuk mereka. Abdul Majid di kampungnya dikenal sebagai tuan guru.

“Begini… saya pernah janji sama anak-anak di sekolah bahwa kalau mereka lulus ujian akhir tahun ini saya mau ajak mereka jalan-jalan ke Jakarta. Semalam saya sudah lihat raport mereka semua. Alhamdulillah mereka lulus! Tapi tiba-tiba saya terbayang janji saya tempo hari. Malam tadi saya kalkulasi, keperluan jalan-jalan adalah tiga setengah juta. Hari Jum’at raport dibagiin dan Sabtu saya mau ajak mereka semua jalan-jalan. … Tolong dong bang haji, pinjemin saya duit tiga setengah juta!” Ustadz Burhan hanya tersenyum mendengar penuturan Abdul Majid. Tulus sekali anak ini, gumamnya. Demi kepentingan anak-anak yatim sampai sedemikian hebatnya ia memikirkan.

Sambil tersenyum dan menghibur Ustadz Burhan bilang kepada Abdul Majid: “Begini…. urusan tiga setengah juta gampang nyarinya. Asal elo dan gua malam ini dan besok mau ngerjain tiga hal:

1) Tahajud malam ini.

2) Berdoa sungguh-sungguh sama Allah agar Dia mau kasih duit sejumlah itu, dan

3) Punya duit berapa sekarang di kantong?”

Kalimat terakhir Ustadz Burhan mengagetkan Abdul Majid.

Dengan keheranan ia bertanya, “Ada sih 250 ribu..!”

“Boleh gak disedekahin 100 ribu?!” ustadz Burhan bertanya.

Sambil keheranan Abdul Majid bertanya, “Disedekahin ke Antum?”

“Nggak…. sedekahin aja kemana ente mau! Insya Allah kalo tiga hal ini elo kerjain, Allah bakal ngedatengin uang yang kita perluin. Asal kita yakin Allah bakal nolong!”

Pembicaraan antara dua hamba Allah pun terus berlangsung. Hingga waktu menunjukkan lebih dari jam 9 malam. Ustadz Burhan pun menyuruh Abdul Majid pulang. Namun Abdul Majid belum mau berdiri dari kursi. Maka ustadz pun masuk kamar. Sejurus kemudian dia membawa 5 lembar uang limapuluh ribuan. Uang itu diberikan kepada Abdul Majid dan ia pun menghitungnya. Abdul Majid mengira bahwa keperluannya sebesar tiga juta setengah akan ditutupi oleh ustadz. Matanya berbinar saat melihat ustadz membawa lembaran kertas berwarna biru itu. Kelima lembar uang itu dihitungnya dihadapan ustadz.

Usai menghitung Abdul Majid berkata, “Kok Cuma dua ratus lima puluh ribu doang?” Ia bertanya keheranan, mungkin jumlah yang ia dapati jauh dari harapan.

“Iya… itu cuma segitu doang. Mudah-mudahan itu jadi pancingan. Yang penting jangan lupa tiga hal tadi. Insya Allah pasti akan ada pertolongan! ” Ustadz Burhan coba menegaskan. Tapi Abdul Majid masih belum merasa yakin. Meski sudah diantar hingga ke halaman oleh Ustadz Burhan, ia masih bertanya, “Emangnya bener kalo saya kerjain 3 hal tadi, saya bisa dapat duit Jum’at pagi?”

Terlihat raut kebimbangan pada wajah Abdul Majid. “Jangankan Jum’at pagi, besok pagi pun kalo Allah mau pasti uang itu bisa kite dapetin. Yang penting yakin dan kerjain aja 3 hal itu!”

Ustadz Burhan sekali lagi meyakinkan. Akhirnya Abdul Majid pun pulang bersama sepeda motornya.

Kamis siang pukul 13 tanggal 28 Juni 2007, Abdul Majid mengirim SMS ke nomer ustadz Burhan. Sms itu berbunyi: ASSALAMU’ALAIKUM. SUDAH SIANG GINI SAYA BELOM DAPET 3,5 JT. PADAHAL SUDAH SHODAQOH. ADA CARA LAIN GA?

Dari sms itu, Ustadz Burhan tahu bahwa Abdul Majid sedang panik. Maka beliau pun membalas: KALO UDAH SEDEKAH, SEKARANG DOA AJA YANG SUNGGUH-SUNGGUH DAN BERTAWAKKAL. PASTI ALLAH TOLONG!

Lama tidak ada balasan sms dari Abdul Majid. Ustadz mengira bahwa Abdul Majid sudah mendapat pertolongan atas masalahnya. Namun pukul 19:56 ada sebuah sms lagi dari Abdul Majid masuk ke hpnya: ASTAGFIRULLAHAL’ ADZIM. KIRA2 SAYA DOSA APA YA? DO’A SAYA GAK DI QOBUL. Menerima sms itu Ustadz Burhan turut merasa panik. Besok pagi padahal sudah hari Jum’at. Hal yang membuat panik sang ustadz adalah bahwa dirinya telah menggiring Abdul Majid untuk masuk ke jalan Allah Subhanahu wata’ala demi menyelesaikan permasalahannya. Ustadz Burhan khawatir, andai saja pertolongan Allah itu tidak datang, pasti keyakinan Abdul Majid kepada Allah subhanahu wata’ala akan berkurang. Lama Ustadz Burhan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar dia berkenan memudahkan urusan Abdul Majid.

Usai hatinya tenang, sang ustadz membalas sms dengan menuliskan: ALLAH GAK BUTA & TULI. DIA NGELIAT DAN NGEDENGER APA YANG KITA PERLUIN. TERUS SAJA BERDOA DAN TAWAKKAL! SAYA JUGA BERDOA SEMOGA URUSAN INI AKAN DPT PERTOLONGAN. Abdul Majid tidak membalas sms. Ustadz Burhan mengira jangan-jangan dia sudah tidak percaya lagi dengan kekuatan doa. Maka Ustadz Burhan pun terus mendoakan Abdul Majid dan urusannya. Hingga saatnya kira-kira pukul 9 pagi di hari Jum’at. Ustadz Burhan mendengar suara dering masuk di hpnya. Namun karena beliau sedang berada dalam kendaraan umum, maka hp itu tidak diangkatnya.

Tepat beberapa langkah setelah beliau turun dari metro mini yang ditumpanginya, sekali lagi hpnya berdering. Beliau tidak sempat melihat nomer penelpon pada display hp. Belum lagi beliau berucap salam, terdengarlah suara yang begitu riang di seberang: “Bang haji…. Alhamdulillah, Alhamdulillah! Ini Majid, saya sudah dapat duit tiga setengah juta itu. Bukan pinjem lagi, kebetulan ada orang ngasih… Alhamdulillah! ” Mendengar suara gembira itu, ustadz Burhan turut bersyukur.

Beliau pun bertanya, penasaran “Bagaimana ceritanya bisa dapet duit itu?”

“Entar saya datang ke rumah bang haji deh…. Biar bisa cerita selengkapnya. Sekarang saya mau pulang ke kampung dulu, ngejar pembagian raport. Mudah-mudahan besok pagi bisa bawa anak-anak main ke Jakarta!” Telepon itu pun ditutup dengan diakhiri suara nada riang Abdul Majid.

Kini tinggal, ustadz Burhan bertanya-tanya darimana Allah mendatangkan pertolongan itu? Belakangan beliau tahu dari seseorang bahwa bupati dimana Abdul Majid berada memberikan bantuan kepada sekolahnya persis sebesar uang yang dibutuhkan oleh Abdul Majid. Sungguh pertolongan Allah akan datang, maka janganlah mengeluh!

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Razin disebutkan,

“Tuhanmu merasa heran dengan keputus-asaan hambaNya padahal pertolonganNya sudah amat dekat. Maka Allah memandangi hamba-hambaNya yang berputus asa. Dia terus tertawa memandangi hamba-hambaNya padahal Dia amat tahu bahwa pertolongannya begitu dekat.” Tafsir Ibnu Katsir.

***

Oleh: Bobby Herwibowo

[ Read More ]

Doa dan Nasehat untuk Mendapat Anak


Mungkin ada di antara kita yang belum mendapat anak meski sudah bertahun-tahun menikah dan usia sudah menjelang tua. Nabi Zakaria dan istrinya juga begitu. Mereka belum juga punya anak meski sudah lama menikah dan usia menjelang uzur.

Namun Nabi Zakaria berdo’a sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur’an, surat Ali ‘Imran ayat 38:

“Di sanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa” [Ali ‘Imran:38]

Transliterasi doanya sebagai berikut: “Robbi hablii milladunka dzurriyyatan thoyyibah. Innaka sami’ud du’aaa’”

Tak lama setelah Nabi Zakaria mengucapkan doa tersebut, Allah mengabulkan doanya dengan memberi seorang anak:

“Kemudian Malaikat Jibril memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab. Katanya: “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran seorang putera yang bernama Yahya, yang membenarkan kalimat yang datang dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri dari hawa nafsu dan seorang Nabi dari orang-orang yang saleh.” [Ali ‘Imran:39]

Zakaria sampai merasa heran karena dia sudah sangat tua sedang istrinya mandul:

Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?.” Berfirman Allah: “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” [Ali ‘Imran:40]

Tentu saja selain berdoa kita wajib berusaha. Saya dulu sempat khawatir juga ketika setelah baligh waktu di SMP menderita penyakit gondongan. Saya sempat membaca (entah benar atau tidak) kalau menderita penyakit itu setelah balligh bisa mandul. Namun alhamdulillah ternyata Allah mengkaruniai anak.

Beberapa nasehat yang dapat saya berikan (percaya atau tidak) adalah jika anda atau pasangan anda merokok, coba dihentikan. Selain di bungkus rokok disebut rokok bisa mengakibatkan impotensi dan gangguan janin, beberapa orang yang saya lihat tidak mendapat anak memang merupakan perokok yang kuat. Memang ada juga perokok kuat yang punya banyak anak, tapi daya tahan seseorang terhadap pengaruh rokok kan berbeda-beda.

Kemudian coba minum madu 2 sendok makan setiap pagi dan malam. Usahakan madu asli seperti Madu Pramuka (sebab banyak “Madu” yang palsu dari gula jawa). Ciri-ciri madu asli, semut kurang begitu suka, kemudian jika dibuka terutama setelah dikocok (sebaiknya jangan dikocok) dia akan berbunyi “ploh” seperti ada gas di dalamnya. Terkadang bahkan meluap keluar.

Sebagaimana firman Allah, madu itu adalah obat yang dapat menyembuhkan termasuk penyakit mandul anda:

…Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia…” [An Nahl:69]

Lalu coba lari pagi agar otot anda lebih kuat, nafas lebih panjang, dan lebih bugar. Coba anda dan pasangan anda jika bekerja mengambil cuti, terutama pada masa-masa subur (minggu pertama setelah haid usai) sehingga tidak mengalami kelelahan akibat bekerja.

Maaf jika agak sedikit vulgar, namun sebagai nasehat ini cukup penting. Usahakan posisi “sedalam-dalamnya.” Saya tidak akan menguraikan terlalu jauh. Kalau anda belum mengerti, coba tanya ke orang-orang terdekat anda (muhrim) yang lebih mengerti.

Usahakan sperma bisa mengalir ke dalam dan bertemu ovum dengan mengatur posisi tubuh wanita misalnya mengganjal dubur dengan bantal (dada lebih rendah dari dubur). Biasanya setelah sholat Subuh merupakan waktu terbaik di mana kondisi anda benar-benar masih segar.

Anda harus berusaha setiap hari. Jika perlu sehari 2 sampai 4 kali.

Kemudian jika ingin mengatur apakah kita ingin anak lelaki atau perempuan, mungkin kita bisa lakukan sebagai berikut. Memang Allah SWT yang Maha menentukan. Tapi tidak ada salahnya kita sebagai manusia berusaha.

Dari berbagai artikel yang saya baca, jika kita sering makan telur, maka anak yang dilahirkan kemungkinan besar perempuan. Dan memang ketika saya mendapat anak perempuan, sebelumnya saya makan telur hampir tiap hari (saya tidak tahu kenapa).

Kemudian jika ingin anak laki-laki, perbanyak makan ikan dan yang asin-asin (tapi jangan berlebihan agar anda tidak darah tinggi). Ketika ingin mendapat anak laki-laki memang sengaja saya minta istri saya untuk sering memasak ikan. Dan di kantor juga saya memilih ikan sebagai menu makan siang. Alhamdulillah Allah mengkaruniakan saya anak laki-laki sehingga anak saya jadi sepasang.

Kalau menurut teorinya sih, telur memperkuat sel sperma yang menentukan jenis kelamin perempuan, sedang ikan memperkuat sel sperma untuk laki-laki. Mengenai kebenarannya wallahu a’lam bish showab. Namun itulah yang saya lakukan dan saya alami.

Jika seandainya semua usaha itu belum membuahkan hasil juga, anda bisa mengasuh anak yatim. Tidak perlu jauh-jauh, mungkin keponakan anda sendiri atau saudara yang lainnya. Jika tidak ada, baru anak yatim yang tidak ada hubungan keluarga dengan anda.

Pahala mengasuh anak yatim sangat besar seperti digambarkan hadits-hadits di bawah ini:

Nabi Muhammad SAW berkata: Aku dan pengasuh anak yatim (kelak) di surga seperti dua jari ini.” (HR. Bukhari). Penjelasan: (Rasulullah Saw. menunjuk jari telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya).

Rasulullah SAW berkata: Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang mengasihi dan menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan lembut dan mengasihi keyatiman serta kelemahannya, dan tidak bersikap angkuh dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya terhadap tetangganya. Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menerima sedekah seorang yang mempunyai kerabat keluarga yang membutuhkan santunannya sedang sedekah itu diberikan kepada orang lain. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, ketahuilah, Allah tidak akan memandangnya (memperhatikannya) kelak pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani)

Semoga informasi ini bermanfaat.

[ Read More ]

Sebuah Email Tentang Rumah Tuhan


Oleh : Sabrul Jamil

Sebuah e-mail tiba di PC saya. Isinya tentang pengalaman seorang pekerja asing. Ceritanya, pekerja asing itu tiba untuk pertama kalinya di salah satu perkantoran megah di kawasan Jakarta. Usai memarkirkan mobilnya di basement, ia melihat sekelompok orang, laki dan perempuan, tengah melakukan suatu kegiatan yang aneh di matanya, di salah satu ruangan di basement tersebut. Ruang tersebut kecil dan pengap, dengan tembok rendah mengelilinginya.

Sesampainya di atas, orang asing ini bertanya tentang apa yang dilihatnya barusan. Orang Indonesia yang kebetulan muslim menjelaskan bahwa orang-orang di basement tersebut sedang sholat, menyembah Allah, Tuhan umat Islam. Sholat adalah kewajiban yang dilaksanakan sehari lima kali. Dengan takjub orang asing itu menjawab, betapa rendahnya apresiasi umat Islam terhadap Tuhan mereka.

Jika terhadap ia yang cuma manusia bisa disediakan tempat kerja yang lapang dan nyaman, mengapa untuk Tuhan mereka hanya tersisa sebuah ruangan pengap di basement?

Pembaca, tidakkah keheranan orang asing itu menjadi keheranan kita juga?

Suatu sore, di salah satu gedung tinggi di kawasan matraman. Setelah menyelesaikan suatu urusan, saya bertanya ke salah satu karyawan di gedung megah tersebut letak musholla. Sudah lewat pukul empat sore. Karyawan tadi, penuh semangat, menunjukkan letak musholla. Dengan berterima kasih, saya bergegas mengikuti arah yang ditunjukkan. Saya melewati areal parkir yang pengap, suatu kantor yang saya perkirakan markas satpam (banyak satpam yang duduk-duduk di depan kantor tersebut, dengan uniform berantakan), dan sampailah saya ke gedung mungil, dengan tulisan kusam tertempel di salah satu temboknya: MUSHOLLA.

Musholla ini terletak persis di belakang gedung tinggi yang baru saja saya tinggalkan. Ukurannya tak lebih besar dari ruang tamu rumah saya. Temboknya setengah terbuka, dan dimanfaatkan untuk meletakkan sajadah-sajadah, dan… Helm!

Di ruang yang sempit itu ada seseorang yang tertidur pulas. Tempat wudhu terletak tak jauh dari situ. Ada dua kran. Akhirnya, di naungi suasana pengap dan beraroma kurang sedap, saya menunaikan kewajiban saya kepada Rabb Penguasa Jagat. Ada rasa malu yang tak terkatakan, hanya sebegini apresiasi saya kepada Mu, ya Allah.

Saya pulang, meliuk-liuk melewati kemacetan pinggiran kota, dengan setumpuk pikiran di kepala. Sudah berapa kali saya dapatkan, sebuah gedung perkantoran megah, dengan tempat sholat yang mirip dengan gudang?

Karena tuntutan pekerjaan, saya sering keluar masuk kampus dan perkantoran. Dan situasi seperti ini sudah seperti typical: gedung megah, tinggi, dengan lobby dan ruang kerja yang nyaman, namun tak menyisakan satu ruangan pun untuk sholat, suatu ibadah yang nabi katakan sebagai tiang agama. Sebagai gantinya, pihak perkantoran menyediakan tempat sholat di basement, di sela-sela parkir kendaraan. Atau sebaliknya, tempat sholat sering diletakkan di bagian tertinggi gedung, seperti di kantor saya. Ini masih lumayan, karena tempatnya terbuka, sehingga angin dan debu jalan leluasa menerobos. Setidaknya, sholat tidak dilakukan dalam keadaan pengap.

Tentu ada juga gedung-gedung perkantoran yang menyiapkan tempat sholat yang memadai, meski tidak harus mewah. Gedungnya terawat. Sajadah dan mukena secara teratur dibersihkan. Majalah dindingnya secara berkala diupdate.

Pembaca yang baik, sholat adalah sejenis ibadah yang menuntut konsentrasi tinggi. Konsentrasi ini adalah awal kekhusyuan. Dengan khusyu’-lah kualitas sholat diperoleh.

Nah, konsentrasi tentunya memerlukan daya dukung lingkungan. Lingkungan yang bising, pengap, beraroma kurang sedap, secara sunnatullah, akan mengurangi konsentrasi. Rasulullah pernah menolak sajadah yang bergambar, karena khawatir akan mengganggu konsentrasi beliau. Beliau juga memerintahkan imam untuk menyegerakan sholat apabila terdengar suara anak menangis, karena khawatir si ibu akan merasa resah dalam sholatnya. Selain itu, beliau juga secara optimal membersihkan diri. Salah satu sunnah beliau sebelum sholat adalah bersiwak (menggosok gigi), dan memakai harum-haruman.

Dari situ kita simpulkan, salah satu syarat khusyu’ diperoleh dari situasi dan kondisi ketika sholat. Dilakukan. Terlalu arogan kalau kita menganggap situasi dan kondisi tidak mempengaruhi kekhusyuan sholat kita.

Bagaimana sholat yang dilakukan di tempat-tempat seperti yang saya gambarkan di awal tulisan ini? Saya khawatir pelaksanaan sholat tersebut hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban.

Sesungguhnya, yang bertanggung jawab memakmurkan masjid adalah seluruh orang beriman yang berada di wilayah masjid tersebut. Bagaimana cara mewujudkan tanggung jawab tersebut?

Mungkin, yang pertama kali harus dibangun adalah kesadaran. Kesadaran diperoleh setelah adanya informasi, bahwa Masjid bukanlah sekedar bangunan pelengkap.

Siapa yang harus memulai?

Setidaknya, Anda, setelah membaca tulisan ini, mulai menyusun gagasan praktis, apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki situasi di tempat Anda (kecuali kalau Masjid di tempat Anda sudah representatif untuk beribadah). Jadikan ini sebagai peluang amal. Siapa tahu dapat menjadi jalan lain bagi kita untuk bertemu dengan senyumNya.

***

Sumber: (eramuslim) Sabruljamil.Multiply.Com

[ Read More ]

Air Kencing Penyebab Kebanyakan Siksa Kubur


Ibnu Abbas ra mengisahkan bahwa suatu hari Rasulullah saw melintasi dua makam, lalu beliau berkata, “Sesungguhnya mereka berdua sedang disiksa, mereka bedua disiksa bukan disebabkan melakukan dosa besar. Salah satu dari mereka disiksa karena TIDAK SAMPAI BERSIH SAAT BERSUCI”

dari buang air kecil.”Seorang perempuan Yahudi mendatangi Aisyah seraya berkata,

“Sesungguhnya azab kubur itu disebabkan air kencing.” Mendengar perkataannya, Aisyah berkata, “Engkau bohong.” Perempuan Yahudi itu menjelaskan, “Karena air kencing itu mengenai kulit dan pakaian.”Kemudian Rasulullah saw keluar untuk mengerjakan shalat, sedangkan suara kami semakin keras terdengar (karena ribut). Mendengar keributan ini Rasulullah saw bertanya, “Ada apa ini?” Aisyah pun meceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh perempuan Yahudi tadi, setelah itu Rasulullah saw bersabda, “Dia memang benar.”

Abdurrahman bin Hasaah mendengar Rasulullah saw bertanya, “Tahukah kalian apa yang telah menimpa salah seorang Bani Israil? Dulu, saat mereka terkena air kencing, mereka segera membersihkannya dengan memotong pakaian yang terkena cipratan air kencing tersebut. Melihat perbuatan ini, orang itu melarang mereka, maka dia pun diadzab dalam kuburnya.

Dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Huraihah ra secara mauquf, Rasulullah saw bersabda,

” Kebanyakan siksa kubur itu disebabkan air kencing.”

Pada suatu malam Abdullah bin Umar pergi ke rumah seorang perempuan tua yang di samping rumahnya terdapat pemakaman. Lalu dia mendengar suara lirih yang berkata,

“Kencing, apa itu kencing? Gayung, apa itu gayung?” Abdullah bin Umar pun berkata, “Celaka, apa yang terjadi?” Perempuan tua itu menjawab, “Itu adalah suara suamiku yang tidak pernah bersuci dari buang air kecil.” Mendengar penjelasan tersebut,

Abdullah bin Umar berkata, “Celakalah dia! Unta saja alau kencing bersuci, tapi dia malah tidak peduli.” Perempuan tua itu kembali menuturkan kisah suaminya : Ketika suamiku sedang duduk, ada seorang lelaki mendatanginya seraya berkata, “Berilah aku minum, aku sangat haus.” Suamiku malah berkata, “Engkau membawa gayung sedangkan gayung kami tergantung.” Orang itu berkata, “Wahai tuan, berilah aku minum, aku hampir mati kehausan.” Suamiku berkata, “Engkau membawa gayung.” Akhirnya lelaki yang meminta air untuk minum itu meninggal dunia. Setelah itu, suamiku juga meninggal dunia. Namun sejak hari pertama dia meniggal dunia, seringkali terdengar suara suamiku dari arah pemakaman,

“Kencing, apa itu kencing? Gayung, apa itu gayung?”

Nauzubillah min dzalik, ternyata perkara kecil saja bisa menyebabkan kita mendapat siksa kubur ya? Banyak orang memandang remeh bersuci setelah buang air kecil (kurang bersih bahkan tidak bersuci sama sekali), padahal hal yang remeh itu bisa menjadi malapetaka ketika kita masuk pada Alam Barzakh.

“Ya Allah, lindungi kami semua dari siksa neraka, siksa kubur, fitnah dunia & alam barzakh, serta fitnah yang ditimbulkan oleh dajjal, amin.”

***

Dari Sahabat

[ Read More ]

Menolak Hukum Allah?


Dahulu di kota Madinah ada dua orang bersengketa, satu Muslim dan yang lain Yahudi. Mereka ingin penyelesaian. Yang Muslim menghendaki agar mereka berdua datang ke Ka’ab bin Al Asyraf, salah seorang pemimpin Yahudi di Madinah. Yang Yahudi justru mengajak yang muslim agar mereka menyelesaikan masalah di hadapan Nabi Muhamamd SAW. Akhirnya disepakati mereka berdua minta penyelesaian kepada baginda Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW memutuskan perkara mereka berdua. Tampaknya sang Yahudi menang dalam perkara tersebut. Maka yang Muslim merasa hal itu kurang adil. Dia tidak bisa menerima keputusan Rasulullah SAW.

Lalu yang Muslim mengajak Yahudi itu kepada Abu Bakar. Setelah mereka selesai menyampaikan masalahnya, Abu Bakar berkata: “Ikutilah apa yang telah diputuskan oleh Baginda Rasulullah SAW”.

Si Muslim tidak bisa menerimanya. Lalu mengajak yang Yahudi untuk menemui Umar bin Khaththab. Setelah mendengar penuturan lengkap tentang permasalahan kedua orang itu, Umar masuk ke kamarnya dan segera keluar lagi dengan membawa sebilah pedang. Umar memukulkan pedangnya ke leher si Muslim itu hingga dia menemui ajalnya. Sikap Umar bin Khaththab yang tegas ini mengingatkan kita bahwa dalam perspektif aqidah memang tidak layak bagi seorang muslim untuk menolak keputusan Rasululullah SAW. dan mengambil alternatif yang lain. Allah SWT berfirman:

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab 36).

Dan sikap keras dan tegas Umar bin Khaththab dalam hal ini dibenarkan oleh Allah SWT. Setelah peristiwa itu turunlah firman Allah SWT:

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuh-nya.” (QS. An Nisa 65).

Memang akan menjadi persoalan besar jika tidak ada sikap yang tegas kepada orang yang menolak keputusan Allah dan Rasul-Nya. Sebab hal itu akan menjadikan hukum syara’ disia-siakan. Pantaslah Khalifah Abu Bakar as Shiddiq yang sangat terkenal kehalusan budi bahasanya ternyata bersikap tegas dalam menghadapi pembangkangan dari kalangan orang-orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat. Khalifah tidak bisa menerima orang yang menyatakan loyal kepada pemerintahannya, tetap setia menjalankan shalat, tapi menolak membayar zakat. Shalat lima waktu hukumnya wajib, zakat pun hukumnya wajib. Tidak boleh dibedakan. Maka dengan tegas Khalifah mengatakan: “Kalau sekiranya mereka menolak membayar anak unta (zakat) yang mereka bayarkan kepada Rasulullah. SAW., pasti aku akan memerangi mereka”.

Harus dipahami bahwa sikap menolak keputusan Rasulullah SAW. adalah sikap yang berlawanan dengan aqidah Islam yang diakui seorang muslim. Seorang muslim sudah selayaknya menerima segala keputusan Rasulullah SAW. yang mengadili perkara mereka dengan sikap berserah diri secara total, tanpa reserve. Dalam firman Allah SWT Surat An Nisa ayat 65 tersebut, satu penolakan saja bisa menggugurkan keimanannya dan dikategorikan sebagai tidak beriman, alias murtad. Dan murtad itu hukumannya adalah mati.

Bila satu hukum dibiarkan tersia-siakan, maka hukum-hukum syariah yang lain akan mengalami nasib serupa. Berarti akan hancurlah hukum syariah. Oleh karena itu, sikap yang ditampilkan Umar bin Khaththab r.a. dan Khalifah Abu Bakar r.a. yang tegas terhadap orang-orang yang menolak syariah adalah sikap kenegarawanan yang memiliki pandangan yang sangat jauh ke depan.

Di manapun kegoncangan terhadap sistem akan selalu ada. Masalahnya apakah sebuah sistem punya mekanisme untuk mengatasinya. Islam sebagai dinullah yang memiliki sistem ideologi yang sempurna memiliki system dan mekanisme untuk menjaga aqidah dan ideologi pemeluknya. Arahan Al Quran tentang bahayanya murtad dan perlunya orang menjaga keislaman dan ketaqwaan sampai akhir hayat dipadu dengan mekanisme hukum untuk orang-orang yang murtad.

Sehingga bila ada yang melakukan tindakan berbahaya, yaitu murtad, maka yang bersangkutan akan diajak diskusi hingga terbukti bahwa dia murtad, lalu diperingatkan bahayanya murtad yang bakal menghapus seluruh amal (QS. Al Baqarah 217). Dan diberi tempo tiga hari. Jika dia kembali maka dimaafkan dan kembali normal. Namun jika menolak, yang bersangkutan dihukum mati. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah”.

Jika menolak satu saja keputusan hukum yang disampaikan baginda Rasulullah SAW sudah tergolong murtad dan layak mendapatkan hukuman mati, bagaimana pula dengan orang-orang yang secara total menolak syariah?

Wallahu a’lam!

***

[Muhammad Al Khaththath/www.suara-islam.com]

[ Read More ]

Apakah Al-Qur’an tidak berurutan?


Orang-orang Kristen sering bertanya kepada umat Islam dalam berbagai kesempatan,baik orang per orang, dalam diskusi terbuka, di Internet maupun dalam buku-buku yang menghujat Islam.

Dalam diskusi kami di Arimatea Pusat di Bambu Apus dengan orang-orangsekolah Theologi Kristen, mereka bertanya mengapa al-Qur’an susunannyatidak beraturan, atau dalam bentuk pertanyaan lain yang lebih halus :

Kami ingin mengetahui, berdasarkan apakah al-Qur’an disusun, karena kalau kami amati, surat pertama dalam al-Qur’an adalah surat al-fatihah yang termasuk surat pendek, kemudian disusul surat al-Baqarah yang cukup panjang, tetapi surat terakhir justru surat yang masuk dalam katagori surat yang sangat pendek. Jadi menurut pendapat kami al-Qur’an tidaklah disusun berdasarkan panjang pendeknya surat, dan menurut pengamatan kami, al-Qur’an tidak pula disusun berdasarkan urutan turunnya surat, karena surat al-Fatihah bukanlah surat yang pertama kali turun tetapi ditempatkan pada urutan pertama, dan surat yang pertama kali turun justru ditempatkan pada akhir-akhir al-Qur’an. Mohon dijelaskan atas dasar apakah penyusunan al-Qur’an itu?

Pertanyaan seperti itu memang sangat wajar dilontarkan oleh orang-orang Kristen, karena memang kitab mereka disusun berurutan sama persisdengan kitab sejarah yang disusun berdasarkan urutan waktu.

Kalau kita tengok kitab orang Kristen, pasal pertama adalah tentangsilsilah Yesus, kemudian disusul tentang kelahiran Yesus, kemudian pembaptisan Yesus, dakwah Yesus, pengejaran Yesus dan akhirnya tentang terangkatnya Yesus ke langit, hampir sama dengan kitab otobiographi orang-orang terkenal yang disusun sejak lahirnya hingga masa tuanya (matinya).

Tetapi tidak sama dengan al-Qur’an, karena al-Qur’an bukanlah kitab sejarah, al-Qur’an adalah kitab petunjuk hidup, al-Qur’an adalah kitab yang berisi hukum-hukum, pelajaran-pelajaran dan lain sebagainya.

Marilah kita kaji rahasia dibalik susunan ayat-ayat al-Qur’an yang menurut orang-orang Orientalis dan Kristen tidak beraturan.

SUSUNANNYA DARI ALLAH SWT

Bahwa susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur’an seperti yang sekarang ini ada adalah susunan yang dibuat oleh nabi Muhammad saw yangmendapat mandat dan pengawasan dari Allah SWT melalui malaikat Jibril. Bukan atas kesepakatan para sahabat atau umat Islam.

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. QS.75:17

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. QS. 75:18

Bila Malaikat jibril membacakan wahyu dari Allah SWT maka nabi Muhammad diperintah mendengarkannya dan bila Malaikat Jibril telah selesaimembacakannya maka nabi Muhammad saw diperintah untuk mengikuti bacaan sesuai yang dibacakan malaikat Jibril.

Malaikat Jibril setiap tahun pada bulan Ramadhan datang menemui nabi untuk menjaga bacaan dan susunan al-Qur’an :

Fatimah berkata : ”Nabi Muhammad memberitahukan kepadaku secara rahasia, Malaikat Jibril hadir membacakan al-Qur’an padaku dan saya membacakannya sekali setahun, hanya tahun ini ia membacakan seluruh isi kandungan al-Qur’an selama dua kali. Saya tidak berpikir lain kecuali, rasanya, masa kematian sudah semakin dekat.” HR. Bukhari bab Fada’il al-Qur’an

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa nabi Muhammad saw berjumpa dengan malaikat Jibril setiap malam selama bulan Ramadhan hingga akhir bulan, masing-masing membaca al-Qur’an silih berganti. HR. Bukhari bab shaum

Hadith – hadith diatas dan beberapa hadith yang lainnya memberikan gambaran bahwa sistem bacaan antara nabi Muhammad saw dengan malaikatJibril adalah menggunakan sistem Mu’arada yaitu malaikat Jibril membaca satu kali dan nabi Muhammad saw mendengarkannya begitu pula sebaliknya.

Dengan sistem tersebut yang secara periodik dilakukan setiap bulan Ramadhan, memberikan jaminan bahwa susunan al-Qur’an yang sampai kepada umat Islam di seluruh dunia hingga saat ini adalah susunan yang sesuai dengan susunan yang Allah SWT kehendaki.

SUSUNANNYA UNIK, ITULAH KETERATURANNYA.

Kata orang-orang Orientalis dan orang-orang Kristen, al-Qur’an susunannya tidak beraturan, tidak berdasarkan urutan waktu turunnya, tidak berdasarkan panjang pendeknya surat, tidak berdasarkan tempat turunnya dan tidak pula berdasarkan pokok bahasan. Semua anggapan itu benar adanya, memang tidak atas dasar itu semua, susunan al-Qur’an atas dasar apa yang tahu hanya yang membuat al-Qur’an yaitu Allah SWT.

Namun, susunan yang dikatakan tidak beraturan tersebut, bagi yangmengkaji al-Qur’an justru akan menjumpai kemudahan-kemudahan menjadikan al-Qur’an sebagai tuntunan hidup, coba saja simak dengan hati yang jujur, ustadz-ustadz yang berdakwa jarang sekali yang membawa al-Qur’an, mereka dengan mudahnya menunjukkan ayat-ayat yang sesuai dengan pokok bahasan. Bila ada orang yang bertanya tentang sebuah masalah, seorang ustadz dengan mudahnya menunjukkan dalilnya dari al-Qur’an, inilah rahasia susunan al-Qur’an yang dibilang oleh orang-orang mereka tidak beraturan.

Satu lagi mukjizat dari al-Qur’an yang dibilang tidak beraturantersebut, berjuta-juta manusia dengan mudahnya menghafal al-Qur-’an, baik tua, muda, laki-laki, perempuan, anak-anak, orang Arab ataupun orang Indonesia, bahkan orang China sekalipun yang mempunyai struktur bahasa sangat berbeda dengan bahasa Arab, bukankah ini mukjizat al-Qur’an yang menurut penilaian manusia tidak beraturan, bukankah yang tidak beraturan akan sulit dihafal ‘, tetapi al-Qur’an mudah sekali dihafal, itu artinya al-Qur’an sangat beraturan susunannya, hanya manusialah yang tidak mempunyai ilmu mengetahui keteraturan al-Qur’an.

Tetapi pertanyaan bisa kita kembalikan kepada orang-orang Orientalis dan orang-orang Kristen, mengapa tidak seorangpun dari mereka yang hafal kitab mereka yang mereka aku-aku disusun secara beraturan?

Tentu setiap orang bila tanya mana yang lebih mudah dihafalkan, apakah kalimat yang disusun secara beraturan atau kalimat yang disusun acak tidak beraturan, tentu setiap orang akan menjawab tentu akan mudah menghafal kalimat yang disusun beraturan, kalau memang jawabannya demikian berarti al-Qur’an telah disusun dengan beraturan, terbukti al-Qur’an telah dihafal oleh jutaan manusia dari dulu hingga sekarang, dari Arab sampai ke China. Tetapi kita tidak mendapati seorangpun yang hafal Bible dari dulu hingga sekarang dari Israel hingga Indonesia.

Satu lagi bukti, bahwa keunikan al-Qur’an adalah sebuah mukjizat, apakah ada orang yang berhasil memalsukan al-Qur’an, padahal kalau al-Qur’an susunannya dibilang tidak beraturan, tentunya orang akan lebih mudah menyisipkan satu kata ke dalam al-Qur’an, tetapi ternyata semua tidak ada yang berhasil, baik orang-orang Orientalis maupun orang-orang Indonesia seperti yang pernah terjadi di Padang dan di Jogja.

BUMI SEBAGAI ANALOGI

Bila kita cermati bumi yang kita tempati ini, di mana-mana ada gunung,laut, daratan, hutan, danau, emas, batu-bara, mangga, apel, jeruk,durian dan lain sebagainya.

Kalau hukum keteraturan seperti yang diinginkan oleh orang-orang Orientalis dan orang-orang Kristen, maka susunan gunung, daratan,lautan, danau, buah-buahan, hewan yang ada di bumi dapat dikatakan semrawut tidak terkelompokkan.

Padahal susunan bumi yang seperti itulah yang menjadikan kehidupan dibumi ini harmonis dan seimbang baik secara geografis maupun secara ekosistem.

Bisa anda bayangkan andaikata bumi ini diciptakan dengan susunan menurut otaknya orang-orang Orientalis di mana gunung-gunung ditempatkan di satu tempat, lautan mengumpul di tempat yang lainnya, daratan ditempat yang lain lagi, maka bumi ini akan berhenti berputarkarena kehilangan keseimbangannya. Bukankah ketidakteraturan susunan gunung-gunung, lautan, daratan, lembah itulah yang justru menjadikan bumi berputar?.

Bukankah adanya buah-buahan, hewan, ikan dan lain sebagainya diseluruh belahan bumi ini menjadikan kehidupan dunia ini seimbang dan harmonis,bisa anda bayangkan andaikan di Indonesia ini tumbuh buah durian saja, di Thailand tumbuh beras saja, di Australia tumbuh gandum saja, di Amerika yang ada batu bara saja tidak ada hewan, buah-buahan dan air,maka tidak ada lagi keseimbangan dalam kehidupan di bumi ini.

Seperti yang pernah terjadi pada kaumnya nabi Musa as, di mana mereka tidak bisa tahan dengan satu makanan saja :

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata:“Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Rabbmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merah-nya”‘. QS. 2:61

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengi-saran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. QS. 2:164

Begitulah Allah SWT menciptakan bumi yang harmonis yang tumbuh buah-buahan dan menyebarkan bermacam-macam hewan di seluruh belahan bumi ini sehingga tercipta keharmonisan dan keseimbangan.

Seperti itu juga al-Qur’an disusun, ada kisah nabi Adam pada surat AliImran, Al-Mai-dah, al-A’raaf dan seterusnya, begitu juga tentang ayat-ayat aklaq, akidah, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya menyebar di beberapa surat. Hanya Allah SWT yang mengetahui secara pasti letak keteraturan dan keharmonisan al-Qur’an.

Pada halaman empat terdapat dua contoh penempatan ayat yang sepintas nampak tidak teratur tetapi setelah dikaji justru penempatan tersebut sangat mengagumkan.

CONTOH-CONTOH RAHASIA PENEMPATAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN

Mari kita ambil satu contoh ayat dan penempatannya :

Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, QS.2:2

Allah SWT menegaskan pada awal-awal al-Qur-’an dengan menyebut bahwaAl-Qur’an adalah kitab yang tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, padahal Allah SWT bisa saja menyebutkan al-Qur’an sebagai kitab yang Agung, Mulya dan lain sebagainya pada awal-awal al-Qur’an.

Hal ini sebagai jaminan dari Allah dan jaminan harus diletakkan pertama kali agar orang-orang yang ingin mempelajari kandungan al-Qur’an lebih jauh mempunyai keyakinan bahwa al-Qur’an adalah kitab yang isinya tidak ada keragu-raguan sedikitpun, jaminan ini diperlukan karena al-Qur’an adalah kitab petunjuk yang tentunya tidak boleh ada keraguan sedikitpun dalam petunjuk tersebut.

Mari kita ambil lagi susunan ayat yang oleh orang-orang Orientalis dan orang-orang Kristen dibilang tidak beraturan :

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas,kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah ke-fasikan.

Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlahkepada-Ku.

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telahKucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadiagamamu.

Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. 5:3

Wahyu-wahyu tersebut tersusun dalam satu ayat, namun wahyu-wahyu tersebut tidak turun dalam waktu yang bersamaan, paragraf ketiga adalah wahyu yang turun terakhir, sementara paragrap pertama, kedua dan keempat turun jauh sebelumnya.

Menurut orang-orang Orientalis dan orang-orang Kristen susunan tersebut amburadul, lihat saja dari paragraf pertama yang bicara soal halal haram langsung loncat ke masalah tidak boleh takut kepada orang-orang kafir pada paragraf kedua, lalu disusul tentang kesempurnaan agama dan nikmat lalu loncat ke masalah makanan.

Sepintas sepertinya benar tuduhan mereka tentang ketidak-teraturan susunan al-Qur’an, tetapi justru susunan tersebut sangat teratur dan harmonis, lihat keteraturan ayat tersebut berikut ini :

Bahwa nabi Muhammad saw diutus untuk memperbaiki aklaq manusia dimana mereka saat itu salah satunya adalah terbiasa memakan bangkai,mencekik hewan untuk dimakan supaya nikmat karena ada darahnya,mengundi nasib, seperti paragrap pertama.

Terhadap misi Rasulullah tersebut orang-orang kafir berusaha menghalang-halangi, lalu Allah memberikan kemenangan atas Rasulullah sehingga orang-orang kafir berputus asa untuk menghalangi misi Rasulullah tersebut, seperti paragraf kedua.

Atas kemenangan tersebut Allah SWT menurunkan wahyu -wahyu yang terakhir kali turun- bahwa telah sempurna agama dan nikmat yang Allah berikan seperti yang termuat dalam paragraf ketiga,

Kemudian dalam paragraf ke empat diterangkan bila karena syariat AllahSWT (hukum halal-Haram) orang menjadi kelaparan dan memakan yang haram karena terpaksa maka Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Bukankah susunan seperti itu adalah susunan seperti gunung-gunung,daratan, lautan, hutan yang menyebar di seluruh permukaan bumi, yang terkesan tidak teratur tetapi sejatinya harmonis dan seimbang.

Bukankah susunan ayat tersebut terkesan tidak teratur tetapi sejatinya sangat sempurna dan mengagumkan susunannya sebagai petunjuk hidup ‘,seperti itu juga ayat-ayat lainnya di susun pada tempat dan urutan yang sangat tepat.

Semoga tulisan ini dapat menambah keimanan kita akan kemurnian Al-Qur’an. Amin.

***

al-islahonline.com

[ Read More ]

Di Mana Allah


Alkisah, ada seorang pemuda yang bekerja sebagai penggembala domba. Jumlah domba yang dia gembalai berjumlah ratusan ekor. Bertahun-tahun dia bekerja tanpa pernah mengeluh meski hasil jerih payahnya tak seberapa.

Suatu ketika, datang seorang musafir yang sangat kehausan setelah menempuh perjalanan jauh. Melihat ada pengembala domba tersebut, gembiralah hati musafir itu. Sang musafir meminta minum kepada si pemuda penggembala tersebut. Namun, pemuda itu menjawab bahwa dirinya tak punya air minum untuk diberikan kepada si musafir.

Musafir tersebut kemudian memohon memelas agar diizinkan mengambil air susu dari seekor domba yang digembalakan si pemuda itu. Pemuda tersebut menolak dengan halus. “Ayolah, saudaraku. Tolonglah aku. Aku sangat haus. Izinkan aku untuk memerah dombamu sekadar beberapa teguk untuk menghilangkan dahagaku,” ujar sang musafir. Pemuda itu menjawab, “Domba-domba ini bukan kepunyaanku, aku tak berani mengizinkan engkau sebelum majikanku mengizinkannya.”

Pemuda mengatakan, “Kalau kau mau, tunggulah di sini sebentar. Kucarikan telaga dan kuambilkan air untukmu, saudaraku.” Kemudian, pergilah pemuda tersebut mencarikan air untuk sang musafir. Setelah dapat, diberikannya air itu kepada si musafir. “Alhamdulillah, segar sekali rasanya,” kata sang musafir. “Terima kasih wahai anak muda,” lanjut musafir itu.

Kemudian, mereka sejenak beristirahat sambil berbagi kisah. Siang semakin terik. “Mengapa kau tadi tidak ikut minum,” tanya musafir kepada pemuda tadi. “Maaf, saya sedang berpuasa,” jawab si pemuda. Musafir itu tercengang mendengar pengakuan pemuda tersebut. “Matahari semakin tinggi, sedangkan engkau berpuasa?” tanya musafir itu penuh tanya. Pemuda itu menjawab, “Aku berharap kelak mudah-mudahan Allah menaungi diriku pada saat hari kiamat nanti. Karena itu, aku berpuasa.”

Rasa kagum dan penasaran membuat si musafir ingin mengetes keimanan sang pemuda penggembala tersebut. Lalu, musafir itu berkata, “Hai anak muda, bolehkah aku membeli seekor saja dombamu. Aku lapar, tolonglah aku.”

“Maaf tuan, aku tidak berani sebelum mendapat izin dari majikanku,” kata pemuda itu.

“Ayolah anak muda. Domba yang kau gembalakan sangat banyak. Tentulah tuanmu tidak akan mengetahui meski kau jual seekor saja. Perutku sangat lapar, tolonglah aku,” rayu musafir tersebut.

“Aku sungguh ingin menolongmu. Kalau saja aku memiliki makanan, tentu akan kuberikan untukmu, tuan. Tapi, tolong jangan paksa aku untuk melakukan hal yang tak mungkin aku lakukan tuan,” ucap pemuda tersebut.

“Tidak akan ada yang tahu hai anak muda. Kuberikan seribu dirham untukmu untuk seekor domba saja. Ayolah. Tidakkah kau kasihan kepadaku?” kata musafir itu yakin bahwa pemuda tersebut akan goyah dengan suap seribu dirham.

Musafir itu terus memaksa si pemuda untuk menjual seekor dombanya. Bahkan, musafir itu tambah gusar dan marah.

Akhirnya, pemuda itu berkata, “Majikanku bisa saja tidak tahu jikalau aku menjual seekor dombanya. Sebab, jumlahnya sangat banyak. Dan mungkin saja, majikanku tidak akan menanyakan domba-dombanya. Dia tidak akan rugi meski aku menjual seekor di antara domba kepunyaanya. Tapi, kalau aku berbuat begitu, lalu di mana Allah? Di mana Allah? Di mana Allah? Sungguh, aku tak mau di dalam dagingku tumbuh duri neraka karena uang yang tidak halal bagiku.”

Pemuda itu menangis karena takut tergoda berbuat sesuatu yang dimurkai Allah. Dia menangis karena kecintaanya kepada Allah.

Musafir tersebut tertegun. “Allahu akbar!!” musafir itu ikut menangis.

“Katakan padaku wahai anak muda, di mana majikanmu tinggal. Aku ingin membeli seekor dombanya,” kata musafir tersebut.

Setelah mendapat jawaban tentang tempat tinggal majikan pemuda tadi, musafir itu memberikan uang seribu dirham tadi kepada si pemuda. “Terimalah uang ini untukmu, anakku. Ini uang halal. Kau pantas mendapatkan lebih daripada ini. Hatimu begitu mulia.” Sang musafir yang tak lain adalah Khalifah Umar bin Khattab bergegas menuju ke rumah majikan sang pemuda tadi. Lalu, ditebuslah pemuda itu dengan memerdekakannya dari status hamba sahaya.

Dalam lanjutan perjalanannya, Umar masih takjub dengan kisah yang baru dia alami.

Di mana Allah? Inilah kalimat yang menggetarkan hati Umar. Rasa takut kepada Allah tidak menggoyahkan iman seorang pemuda tadi meski dirayu dengan materi. Duniawi tidak mampu menyilaukan hati pemuda itu karena keteguhan iman yang hakiki.

[ Read More ]

Mengingat Mati


Sehalus-halus kehinaan di sisi Allah adalah tercerabutnya kedekatan kita dari sisi-Nya. Hal ini biasanya ditandai dengan kualitas ibadah yang jauh dari meningkat, atau bahkan malah menurun. Tidak bertambah bagus ibadahnya, tidak bertambah pula ilmu yang dapat membuatnya takut kepada Allah, bahkan justru maksiat pun sudah mulai dilakukan, dan anehnya yang bersangkutan tidak merasa rugi. Inilah tanda-tanda akan tercerabutnya nikmat berdekatan bersama Allah Azza wa Jalla.

Pantaslah bila Imam Ibnu Athoillah pernah berujar, “Rontoknya iman ini akan terjadi pelan-pelan, terkikis-kikis sedikit demi sedikit sampai akhirnya tanpa terasa habis tandas tidak tersisa”.

Demikianlah yang terjadi bagi orang yang tidak berusaha memelihara iman di dalam kalbunya. Karenanya jangan pernah permainkan nikmat iman di hati ini.

Ada sebuah kejadian yang semoga dengan diungkapkannya di forum ini ada hikmah yang bisa diambil. Kisahnya dari seorang teman yang waktu itu tampak begitu rajin beribadah, saat shalat tak lepas dari linang air mata, shalat tahajud pun tak pernah putus, bahkan anak dan istrinya diajak pula untuk berjamaah ke masjid. Selidik punya selidik, ternyata saat itu dia sedang menanggung utang. Karenanya, di antara ibadah-ibadahnya itu dia selipkan pula doa agar utangnya segera terlunasi. Selang beberapa lama, Allah Azza wa Jalla, Zat yang Mahakaya dan Maha Mengabulkan setiap doa hamba-Nya pun berkenan melunasi utang rekan tersebut. Sayangnya, begitu utang terlunasi, doanya mulai jarang, hilang pula motivasinya untuk beribadah.

Biasanya, ketika kehilangan shalat tahajud, dia menangis tersedu-sedu, “Mengapa Engkau tidak membangunkan aku, ya Allah?!”, ujarnya seakan menyesali diri. Tapi, lama-kelamaan tahajud tertinggal justru menjadi senang karena jadwal tidur menjadi cukup. Bahkan, sebelum azan biasanya sudah menuju masjid, tapi akhir-akhir ini datang ke masjid justru ketika azan. Hari berikutnya ketika azan tuntas baru selesai wudhu. Lain lagi pada besok harinya, ketika azan selesai justru masih di rumah, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk shalat di rumah saja.

Begitupun untuk shalat sunat, biasanya ketika masuk masjid shalat sunat tahiyatul masjid terlebih dulu dan salat fardhu pun selalu dibarengi shalat rawatib. Tapi sekarang saat datang lebih awal pun malah pura-pura berdiri menunggu iqamat, selalu ada saja alasannya. Sesudah iqamat biasanya memburu shaf paling awal, kini yang diburu justru shaf paling tengah, hari berikutnya ia memilih shaf sebelah pojok, bahkan lama-lama mencari shaf di dekat pintu, dengan alasan supaya tidak terlambat dua kali. “Kalau datang terlambat, maka ketika pulang aku tidak Boleh terlambat lagi, pokoknya harus duluan!” pikirnya.

Saat akan shalat sunat rawatib, ia malah menundanya dengan alasan nanti akan di rumah saja, padahal ketika sampai di rumah pun tidak dikerjakan. Entah disadari atau tidak oleh dirinya, ternyata pelan-pelan banyak ibadah yang ditinggalkan. Bahkan pergi ke majlis ta”lim yang biasanya rutin dilakukan, majlis ilmu di mana saja dikejar, sayangnya akhir-akhir ini kebiasaan itu malah hilang.

Ketika zikir pun biasanya selalu dihayati, sekarang justru antara apa yang diucapkan di mulut dengan suasana hati, sama sekali bak gayung tak bersambut. Mulut mengucap, tapi hati malah keliling dunia, masyaallah. Sudah dilakukan tanpa kesadaran, sering kali pula selalu ada alasan untuk tidak melakukannya. Saat-saat berdoa pun menjadi kering, tidak lagi memancarkan kekuatan ruhiah, tidak ada sentuhan, inilah tanda-tanda hati mulai mengeras.

Kalau kebiasaan ibadah sudah mulai tercerabut satu per satu, maka inilah tanda-tanda sudah tercerabutnya taufiq dari-Nya. Akibat selanjutnya pun mudah ditebak, ketahanan penjagaan diri menjadi blong, kata-katanya menjadi kasar, mata jelalatan tidak terkendali, dan emosinya pun mudah membara.

Apalagi, ketika ibadah shalat yang merupakan benteng dari perbuatan keji dan munkar mulai lambat dilakukan, kadang-kadang pula mulai ditinggalkan. Ibadah yang lain nasibnya tak jauh beda, hingga akhirnya meninggallah dia dalam keadaan hilang keyakinannya kepada Allah. Inilah yang disebut suul khatimah (jelek di akhir), naudzhubillah. Apalah artinya hidup kalau akhirnya seperti ini.

Ada lagi sebuah kisah pilu ketika suatu waktu bersilaturahmi ke Batam. Kisahnya ada seorang wanita muda yang tidak bisa menjaga diri dalam pergaulan dengan lawan jenisnya sehingga dia hamil, sedangkan laki-lakinya tidak tahu entah ke mana (tidak bertanggung jawab). Hampir putus asa ketika si wanita ini minta tolong kepada seorang pemuda masjid. Ditolonglah dia untuk bisa melakukan persalinan di suatu klinik bersalin, hingga ia bisa melahirkan dengan lancar. Walau tidak jelas siapa ayahnya, akhirnya si wanita ini pun menjadi ibu dari seorang bayi mungil.

Sayangnya, sesudah beberapa lama ditolong, sifat-sifat jahiliyahnya kambuh lagi. Mungkin karena iman dan ilmunya masih kurang, bahkan ketika dinasihati pun tidak mempan lagi hingga akhirnya dia terjerumus lagi. Demikianlah kisah si wanita ini, ia kembali hamil di luar nikah tanpa ada pria yang mau bertanggung jawab. Lalu ditolonglah dia oleh seseorang yang ternyata aqidahnya beda. Si orang yang akan membantu pun menawarkan bantuan keuangan dengan catatan harus pindah agama terlebih dulu. Si wanita pun menyetujuinya, dalam hatinya “Toh hanya untuk persalinan saja, setelah melahirkan aku akan masuk Islam lagi”. Tapi, ternyata Allah menentukan lain, saat persalinan itu justru malaikat Izrail datang menjemput, meninggallah si wanita dalam keadaan murtad, naudzhubillah.

Cerita ini nampaknya bersesuaian pula dengan sebuah kisah klasik dari Imam Al Ghazali. Suatu ketika ada seseorang yang sudah bertahun-tahun menjadi muazin di sebuah menara tinggi di samping masjid. Kebetulan di samping masjid itu ada pula sebuah rumah yang ternyata dihuni oleh keluarga nonmuslim, di antara anak-anak keluarga itu ada seorang anak perempuan berparas cantik yang sedang berangkat remaja. Tiap naik menara untuk azan, secara tidak disengaja tatapan mata sang muazin selalu tertumbuk pada si anak gadis ini, begitu pula ketika turun dari menara. Seperti pepatah mengatakan “dari mata turun ke hati”, begitulah saking seringnya memandang, hati sang muazin pun mulai terpaut akan paras cantik anak gadis ini. Bahkan, saat azan yang diucapkan di mulut Allahuakbar-Allahuakbar, tapi hatinya malah khusyuk memikirkan anak gadis itu. Karena sudah tidak tahan lagi, maka sang muazin ini pun nekat mendatangi rumah si anak gadis tersebut dengan tujuan untuk melamarnya.

Hanya sayang, orang tua si anak gadis menolak dengan mentah-mentah, apalagi jika anaknya harus pindah keyakinan karena mengikuti agama calon suaminya, sang muazin yang beragama Islam itu. “Selama engkau masih memeluk Islam sebagai agamamu, tidak akan pernah aku izinkan anakku menjadi istrimu” ujar si Bapak, seolah-olah memberi syarat agar sang muazin ini mau masuk agama keluarganya terlebih dulu.

Berpikir keraslah sang muazin ini, hanya sayang, saking ngebetnya pada gadis ini, pikirannya seakan sudah tidak mampu lagi berpikir jernih. Hingga akhirnya di hatinya tebersit suatu niat, “Ya Allah saya ini telah bertahun-tahun azan untuk mengingatkan dan mengajak manusia menyembah-Mu. Aku yakin Engkau telah menyaksikan itu dan telah pula memberikan balasan pahala yang setimpal. Tetapi saat ini aku mohon beberapa saat saja ya Allah, aku akan berpura-pura masuk agama keluarga si anak gadis ini, setelah menikahinya aku berjanji akan kembali masuk Islam”.

Baru saja dalam hatinya tebersit niat seperti itu, dia terpeleset jatuh dari tangga menara masjid yang cukup tinggi itu. Akhirnya, sang muazin pun meninggal dalam keadaan murtad dan suul khatimah.

Kalau kita simak dengan seksama uraian-uraian kisah di atas, tampaklah bahwa salah satu hikmah yang dapat kita ambil darinya adalah jikalau kita sedang berbuat kurang bermanfaat bahkan zhalim, maka salah satu teknik mengeremnya adalah dengan “mengingat mati”.

Bagaimana kalau kita tiba-tiba meninggal, padahal kita sedang berbuat maksiat, zalim, atau aniaya? Tidak takutkah kita mati suul khatimah? Naudzhubillah.

Ternyata ingat mati menjadi bagian yang sangat penting setelah doa dan ikhtiar kita dalam memelihara iman di relung kalbu ini. Artinya kalau ingin meninggal dalam keadaan husnul khatimah, maka selalulah ingat mati.

Dalam hal ini Rasulullah SAW telah mengingatkan para sahabatnya untuk selalu mengingat kematian. Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah keluar menuju masjid. Tiba-tiba beliau mendapati suatu kaum yang sedang mengobrol dan tertawa. Maka beliau bersabda, “Ingatlah kematian. Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis.”

Dan ternyata ingat mati itu efektif membuat kita seakan punya rem yang kokoh dari berbuat dosa dan aniaya. Akibatnya, di mana saja dan kapan saja kita akan senantiasa terarahkan untuk melakukan segala sesuatu hanya yang bermanfaat.

Begitupun ketika misalnya, mendengarkan musik ataupun nyanyian, yang didengarkan pasti hanya yang bermanfaat saja, seperti nasyid-nasyid Islami atau bahkan bacaan Alquran yang mengingatkan kita kepada Allah Azza wa Jalla. Sehingga kalaupun malaikat Izrail datang menjemput saat itu, Alhamdulillah kita sedang dalam kondisi ingat kepada Allah. Inilah khusnul khatimah. Bahkan, kalau kita lihat para arifin dan salafus shalih senantiasa mengingat kematian, seumpama seorang pemuda yang menunggu kekasihnya. Dan seorang kekasih tidak pernah melupakan janji kekasihnya.

Diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah r.a. bahwa ketika kematian menjemputnya, ia berkata, “Kekasih datang dalam keadaan miskin. Tiadalah beruntung siapa yang menyesali kedatangannya. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa kefakiran lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan kematian lebih aku sukai daripada kehidupan, maka mudahkanlah bagiku kematian sehingga aku menemui-Mu.”

Akhirnya, semoga kita digolongkan Allah SWT menjadi orang yang beroleh karunia husnul khatimah. Amin!
***

Dari Sahabat

[ Read More ]

Sedekah itu indah


Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. [Al Hadid 18]

Dari Abu Masud ra., ia berkata: Ketika kami diperintahkan untuk bersedekah, kami menjadi kuli angkut (dan kami bersedekah dari upah pekerjaan itu). Abu Aqil bersedekah dengan setengah sha`. Seseorang membawa sedekah sedikit lebih banyak darinya. Orang-orang munafik berkata: Sesungguhnya Allah tidak butuh sedekah orang ini, orang ini melakukan hal itu hanya untuk pamer. Lalu turunlah ayat: yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan mencela orang-orang yang tidak mendapatkan “sesuatu untuk disedekahkan” selain sekedar jerih payahnya. [Sahih Muslim No. 1692]

Dari Abdullah bin Umar ra.: Bahwa Rasulullah saw. ketika berada di atas mimbar, beliau menuturkan tentang sedekah dan menjaga diri dari meminta. Beliau bersabda: Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi dan yang di bawah adalah yang meminta. [Sahih Muslim No. 1715]

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah seorang yang bersedekah dengan harta yang baik, Allah tidak menerima kecuali yang baik, kecuali (Allah) Yang Maha Pengasih akan menerima sedekah itu dengan tangan kanan-Nya. Jika sedekah itu berupa sebuah kurma, maka di tangan Allah yang Maha Pengasih, sedekah itu akan bertambah sampai menjadi lebih besar dari gunung, sebagaimana seseorang di antara kalian membesarkan anak kudanya atau anak untanya. [Sahih Muslim No. 1684]

Dari Abu Hurairah r.a ia berkata: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Barang Siapa yang membelanjakan sepasang kuda, unta atau sebagainya untuk digunakan dalam perjuangan di jalan Allah, maka namanya diseru dari dalam Syurga: Wahai hamba Allah! Pintu ini adalah lebih baik. Barang siapa yang tergolong dari kalangan ahli Shalat maka dia diseru dari pintu shalat. Barang siapa tergolong dari kalangan ahli Jihad (orang yang berjuang di jalan Allah) maka dia diseru dari pintu Jihad. Barangsiapa yang tergolong dari kalangan ahli Sadaqah (orang yang suka bersedekah) maka dia diseru dari Pintu Sadaqah dan barang siapa yang tergolong dari golongan orang yang suka berpuasa maka dia akan diseru dari pintu Ar-Rayyan. Abu Bakar As-Siddiq bertanya: Wahai Rasulullah! Adakah setiap orang akan diseru dari pintu-pintu tersebut. Adakah tidak mungkin seseorang itu diseru dari kesemua pintu? Rasulullah s.a.w bersabda: Benar! Aku berharap bahwa engkau termasuk di antara orang yang namanya diseru dari semua pintu [Bukhori Kitab Sifat-sifat Terpuji No. 3393, Muslim Kitab Zakat No. 1705]

“Yang Harus di Dahului dalam Menafkahkan Rizki [Infaq & Bersedekah]“

Allah berfirman : Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. [Al Baqarah 215]

Dari Hakim bin Hizam ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sedekah yang paling utama atau sedekah yang paling baik adalah sedekah dari harta yang cukup. Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Mulailah dari orang yang engkau tanggung (nafkahnya). [Sahih Muslim No. 1716]

Diriwayatkan pada Abu Mas’ud al-Badri r.a ia berkata: Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya seorang muslim itu apabila memberikan nafkah kepada keluarganya dan dia mengharapkan pahala darinya, maka nafkahnya itu merupakan sebuah sedekah [Bukhori Kitab Nafqah 4932, Muslim Kitab Zakat No. 1669]

Anas bin Malik ra., ia berkata: Abu Thalhah adalah seorang sahabat Ansar yang paling banyak harta di Madinah. Dan harta yang paling ia sukai adalah kebun Bairaha. Kebun itu menghadap ke mesjid Nabawi. Rasulullah saw. biasa masuk ke kebun itu untuk minum airnya yang tawar. Anas berkata: Ketika turun ayat ini: [Sekali-kali kalian tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai] Abu Thalhah datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: Allah telah berfirman dalam kitab-Nya: [Sekali-kali kalian tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai] sedangkan harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairaha, maka kebun itu aku sedekahkan karena Allah. Aku mengharapkan kebaikan dan simpanannya (pahalanya di akhirat) di sisi Allah. Oleh sebab itu, pergunakanlah kebun itu, wahai Rasulullah, sekehendakmu. Rasulullah saw. bersabda: Bagus! Itu adalah harta yang menguntungkan, itu adalah harta yang menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan mengenai kebun itu. Dan aku berpendapat, hendaknya kebun itu engkau berikan kepada kaum kerabatmu. Lalu Abu Thalhah membagi-bagi kebun itu dan memberikannya kepada kaum kerabat dan anak-anak pamannya. [Sahih Muslim :No 1664]

Diriwayatkan dari Jabir ra bahwasannya Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Artinya: Jika salah seorang diantaramu miskin, hendaklah dimulai dengan dirinya sendiri. Dan jika dalam hal itu ada kelebihan, barulah diberikannya untuk keluarganya. Lalu bila ada kelebihan lagi, maka buat kamu kerabatnya. Atau sabdanya ” buat yang ada hubungan kekeluargaan dengannya. Kemudian bila masih ada kelebihan barulah untuk ini dan itu. [HR Ahmad Dan Muslim]

Nabi Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bersedekahlah kamu! Seorang laki-laki bertanya : Saya punya satu dinar. Nabi bersabda: Sedeqahkanlah itu untuk dirimu sendiri. Laki-laki itu berkata: Saya punya satu dinar lagi, Nabi bersabda: Sedeqahkanlah untuk istrimu. Padaku masih ada satu dinar lagi: Nabi bersabda: Sedeqahkanlah untuk anak-anakmu. Padaku masih ada satu dinar lagi: Nabi bersabda: Sedeqahkanlah untuk pembantumu. Padaku masih ada satu dinar lagi, Nabi bersabda: Kamu mengetahui dengannya [HR Abu Dawud, Nasa'I dan Imam Hakim menshahihkannya. Lih: Fiqhus Sunnah sayyid Sabiq bab Shadaqah Tathawu']

Kesimpulan : Dari ayat dan hadist tersebut diatas dapat saya ambil kesimpulan bahwa yang berhak didahulukan sedekah hartanya adalah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan [Al baqarah:215], dan dalam hadist pun di jelaskan bahwa yang harus di dahulukan adalah dirinya sendiri, keluarganya, pembantunya. Dan sabda Nabi sholallahu ‘laihi wasallam “Kemudian bila masih ada kelebihan barulah untuk ini dan itu” merupakan anjuran unuk bersedekah jika masih ada kelebihan harta dan kelebihan tersebut hanya kita yang mengetahuinya sebagaimana sabda Rasulullah sholallahu ‘alaihi Wasallam “Kamu mengetahui dengannya”. Wallahu’alam bishowab.

“Menampakkan, menyembunyikan dan larangan menghilangkan pahala sedekah”

Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Al Baqarah 271

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmudengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Al Baqarah : 264

Perkataan yang baik dan pemberian ma`af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Al Baqarah : 263

Dari Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw., beliau bersabda: Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada mesjid (selalu melakukan salat jamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk berzina), tapi ia mengatakan: Aku takut kepada Allah, seseorang yang memberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kanannya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kirinya dan seseorang yang berzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya. Sahih Muslim No: 1712

Kategori Sedekah:

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Setiap ruas tulang manusia wajib bersedekah setiap hari, di mana matahari terbit. Selanjutnya beliau bersabda: Berlaku adil antara dua orang adalah sedekah, membantu seseorang (yang kesulitan menaikkan barang) pada hewan tunggangannya, lalu ia membantu menaikkannya ke atas punggung hewan tunggangannya atau mengangkatkan barang-barangnya adalah sedekah. Rasulullah saw. juga bersabda: Perkataan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang dikerahkan menuju salat adalah sedekah dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah. Sahih Muslim No : 1677

Dari Abu Musa ra.: Dari Nabi saw., beliau bersabda: Setiap muslim wajib bersedekah. Ditanyakan: Apa pendapatmu jika ia tidak mempunyai sesuatu (untuk bersedekah)? Rasulullah saw. bersabda: Dia bekerja dengan kedua tangannya, sehingga ia dapat memberi manfaat dirinya dan bersedekah. Ditanyakan pula: Apa pendapatmu, jika ia tidak mampu? Rasulullah saw. bersabda: Dia dapat membantu orang dalam keperluan mendesak. Ditanyakan lagi: Apa pendapatmu, bila tidak mampu? Rasulullah saw. bersabda: Dia dapat memerintahkan kebaikan. Masih ditanyakan lagi: Apa pendapatmu jika ia tidak melakukannya? Rasulullah saw. bersabda: Dia dapat menahan diri dari berbuat kejahatan, karena itu adalah sedekah. Sahih Muslim No: 1676

Dari Adi bin Hatim ra., ia berkata: Aku mendengar Nabi saw. bersabda: Barang siapa di antara kalian mampu berlindung dari neraka walau hanya dengan separoh kurma, maka hendaklah ia melakukannya (bersedekah). Sahih Muslim No: 1687

Dari Abu Zar ra., ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: Wahai Rasulullah, amal apa yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Iman kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya. Aku bertanya: Budak manakah yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Yang paling baik menurut pemiliknya dan paling tinggi harganya. Aku tanya lagi: Bagaimana jika aku tidak bekerja? Rasulullah saw. bersabda: Engkau dapat membantu orang yang bekerja atau bekerja untuk orang yang tidak memiliki pekerjaan. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku tidak mampu melakukan sebagian amal. Rasulullah saw. bersabda: Engkau dapat mengekang kejahatanmu terhadap orang lain. Karena, hal itu merupakan sedekah darimu kepada dirimu. Sahih Muslim No. 119.

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang muslim pun yang menanam suatu pohon atau bertani dengan suatu macam tanaman kemudian dimakan burung, manusia atau ternak melainkan hal itu akan menjadi sedekah baginya. Sahih Muslim No. 2904

Dari Abu Dzar radhiallahuanhu : Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam: ” Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah ? : Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya ?, beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa ?, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala. HR Muslim

Kapan Sedekah itu sebaiknya dilakukan

Abu Hurairah ra., ia berkata:: Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. lalu berkata: Wahai Rasulullah, sedekah manakah yang paling agung? Rasulullah saw. bersabda: Engkau bersedekah ketika engkau engkau sehat lagi kikir dan sangat memerlukan, engkau takut miskin dan sangat ingin menjadi kaya. Jangan engkau tunda-tunda sampai nyawa sudah sampai di kerongkongan, baru engkau berpesan: Berikan kepada si fulan sekian dan untuk si fulan sekian. Ingatlah, memang pemberian itu hak si fulan. Sahih Muslim No. 1713

Do’a Sedekah

Dari Abdullah bin Abu Aufa ra., ia berkata: Rasulullah saw. bila didatangi oleh orang-orang yang membawa sedekah mereka, beliau berdoa: “Ya Allah, rahmatilah mereka”. Ketika ayahku, Abu Aufa datang membawa sedekahnya, beliau berdoa: Ya Allah, rahmatilah keluarga Abu Aufa. Sahih Muslim No. 1971

***

Dari Sahabat

[ Read More ]

Kisah “Perahu Nabi Nuh” di Lampulo

ags: tsunami aceh

Banda Aceh. Pagi itu, becak motor yang membawa dua penumpang melaju santai di ruas jalan menuju tempat pendaratan ikan Lampulo, Kota Banda Aceh, Nanggroe Aveh Darussalam. Di sisi kiri jalan, puluhan unit kapal ikan bersandar di dermaga kayu pinggir Sungai (Krueng) Aceh yang airnya bewarna kecoklat-coklatan.

Beberapa nelayan yang bertelanjang dada asyik merajut jaring di atas kapal. Tidak ada aktivitas kapal berlayar di Krueng Aceh pada Ahad, 26 Desember 2010.

“Pak, kenapa tidak ada boat berlayar pagi ini, lazimnya aktivitas nelayan yang pulang atau pergi melaut untuk menangkap ikan pada pagi hari seperti di daerah lain,” tanya penumpang becak motor yang mengaku dari Jakarta dan tengah mengisi liburan akhir tahun di Banda Aceh.

“Hari ini, para nelayan seluruh Aceh tidak melaut untuk mengenang kembali peristiwa tsunami enam tahun silam,” kata Usman, pengemudi becak motor itu.

Mata wisatawan itu tertuju pada sebuah rumah yang di atasnya terdapat seunit perahu tidak beda dengan boat-boat yang bersandar di TPI Lampulo tersebut. “Kapal nelayan yang ada di atas rumah warga itu merupakan salah satu bukti tsunami dan orang-orang menyebutnya sebagai `perahu Nabi Nuh` yang terhempas gelombang laut enam tahun silam,” kata Usman.

Saksi enam tahun lalu menyebutkan, 59 warga di atas kapal ikan nelayan yang terhempas ke daratan terselamatkan saat tsunami, 26 Desember 2004. Dan kisah para korban tsunami itu tertuang dalam sebuah buku saku yang ditulis oleh 10 dari 59 orang yang menjadi penumpang perahu nelayan tersebut, enam tahun silam. Buku saku itu berjudul Mereka Bersaksi.

Abasiah, salah seorang korban selamat, mengisahkan, saat tsunami menjangkau permukimannya di Lampulo dengan ketinggian lebih dari satu meter, tiba-tiba perahu nelayan itu muncul di hadapannya. “Waktu itu, kami sekeluarga yang masih berada di dalam rumah langsung ke luar, dan tanpa pikir panjang memanjat kapal yang sudah berada di hadapan kami,” katanya.

Karena air laut yang mencapai daratan terus meninggi, sebagian warga keluar melalui atas rumah untuk mencapai kapal nelayan itu. “Itu kapal bersejarah dan telah banyak warga terselamatkan dari tsunami,” kata Abasiah.

Abasiah, warga Lampulo yang rumahnya berdekatan dengan TPI itu menceritakan awal “perahu Nabi Nuh” tersebut bertengger di atas atap rumah permanen miliknya. “Awalnya, saya mengira perahu itu sengaja didatangkan untuk menyelamatkan orang-orang dari amukan air laut menerjang permukiman penduduk,” katanya.

Di dalam rumah permanen yang kini masih bersemayam “perahu Nabi Nuh” itu, Abasiah tidak sendiri ketika tsunami sebab ada anak-anaknya yaitu Agin, Ghazi, Thoriq, Zalfa, dan seorang putri angkatnya, Yanti.

“Dari jendela lantai atas, saya melihat banyak boat ikan yang hanyut di depan rumah dengan kecepatan tinggi, seperti mobil-mobilan yang ditarik mundur lalu dilepaskan,” ujar Abasiah.

Abasiah mengisahkan, saat itu mereka yang berada di lantai dua bangunan rumahnya, terus berdoa dan berzikir seraya saling meminta maaf karena “akan berakhirnya sebuah kehidupan”. “Waktu itu tidak ada tangis, tapi wajah-wajah ketakutan sambil terus berdoa dan berzikir berharap hanya ada pertolongan dari Allah, jika memang kami masih diberi kesempatan untuk hidup,” katanya.

Setelah semuanya berada di atas “perahu Nabi Nuh” itu, Abasiah dan orang-orang lainnya terus mengaji, berdoa, berzikir kepada Allah, selain menyaksikan kehancuran akibat diamuk tsunami, 26 Desember 2004. “Kami melihat kapal cepat yang membawa penumpang Pulau Sabang-Banda Aceh tidak bisa berlabuh dan helikopter terbang di atas,” katanya.

Saksi peristiwa tsunami lain, Samsuddin Mahmud, mengaku bahwa ia dan beberapa orang tetangga merupakan rombongan pertama yang naik ke atas “perahu Nabi Nuh” itu. “Awalnya kami mengira bahwa perahu ini sengaja didatangkan oleh `malaikat` untuk menyelamatkan orang-orang,” kisahnya.

Sebelum menaiki perahu itu, Samsuddin yang sudah berada di lantai dua rumah tetangganya mengaku ketinggian di lantai tersebut lebih satu meter dan bewarna hitam pekat. “Ketika saya sudah berada di lantai dua rumah milik tetangga, air sudah sebahu. Kemudian, tiba-tiba terlihat perahu itu dan kami langsung berebut menaikinya,” katanya.

Kisah korban selamat lainnya, Erlina Mariana Rosada Sari, mengisahkan bahwa sewaktu dalam boat tersebut, sempat gelombang laut silih berganti menerjang daratan dan dalam waktu bersamaan guncangan gempa masih terasa. “Orang-orang di dalam perahu ini terus mengumandangkan azan dan berdoa. Hanya doa dan zikir yang bisa kami lakukan saat tsunami itu,” katanya.

Erlina menyatakan, dari atas perahu itu menyaksikan rumahnya luluh-lantak dan daratan tanpa bekas karena sudah dipenuhi air keruh. Ibarat hamparan lautan yang luas.

“Perahu Nabi Nuh” yang tidak lagi berlayar dan tetap tegak bersandar di atas atap rumah Abasiah di gampong Lampulo. Bahkan, tidak bertuan. Kini, tempat itu dijadikan sebagai salah satu aset wisata peninggalan tsunami.

“Perahu itu menjadi salah satu objek wisata yang memiliki makna sebagai peringatan Allah, karena dengan melihat ini orang bisa berpikir tentang kekuasaan Sang Maha Pencipta yang tiada tara,” kata Wakil Walikota Banda Aceh Illiza Sa`aduddin Djamal.

“Rumah boat” atau “Perahu Nabi Nuh” yang berjarak sekitar dua kilometer dari pusat Kota Banda Aceh itu saat ini menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan. Tidak hanya warga nusantara, tapi juga turis asing. Selain menyaksikan bukti fisik, para wisatawan juga bisa mendengarkan kisah-kisah unik dan ajaib dari peristiwa tsunami enam tahun silam dari korban selamat di “Rumoh Boat” atau “Perahu Nabi Nuh” itu.

Keusyik (Kades) Gampong Lampulo Alta Zaini mengatakan, warganya sudah siap menerima wisatawan yang akan berkunjung ke situs tsunami tersebut. “Perahu Nabi Nuh” yang kini bersemayam di lantai dua rumah Abasiah itu memiliki sekitar 18 meter, berkonstruksi kayu, dan kini telah dibangun tangga untuk mencapai bagian dalam boat tersebut.(ANT/SHA)

***

Sumber: id.news.yahoo.com

Liputan6.com

[ Read More ]
 
 

Blog Archive

Daftar Blog Saya

Blogger news