Kamis, 22 September 2011

Limbah CO2 sama dengan Limbah Nuklir

Ilmuwan: Limbah CO2 sama dengan Limbah Nuklir
Rabu, 30 Juni 2010 - 10:19 wib
Susetyo Dwi Prihadi - Okezone

Ilustrasi (Foto: Ist)
LONDON - Beberapa industri di Eropa mencoba menyiasati karbon yang merupakan limbah pabrik dengan 'menyimpan' dan membuangnya di laut. Namun hal tersebut bukanlah solusi yang tepat.

Menurut seorang ilmuwan asal Denmark, menangkap dan menyimpan karbon bisa sama berisiko dan sulit seperti mengelola limbah nuklir. Demikian yang dilansir Telegraph, Rabu (30/6/2010).

Mengingat bahwa ada banyak kelebihan karbon terlalu banyak seperti menyembunyikan persoalan. Seperti diketahui banyak pelaku industri telah beralih ke rencana eksekusi CO2 di laut atau fasilitas penyimpanan bawah tanah. Uni Eropa merencanakan untuk berinvestasi miliaran Euro di penyimpanan karbon selama sepuluh tahun kedepan.

Namun menurut Gary Shaffer, profesor di Institut Niels Bohr, dan pemimpin dari Anish Center for Earth System Science perhitungan menunjukkan bahwa penyimpanan CO2 bawah laut akan menimbulkan masalah serius bagi kehidupan laut. CO2 akan cepat menemukan jalan kembali ke atmosfir.

"Mengkarantina CO2 memiliki banyak potensi keuntungan lebih dari bentuk-bentuk lain dari iklim geo-engineering," kata Shaffer.

"Namun, orang tidak boleh meremehkan masalah pendek dan jangka panjang yang potensial dengan kebocoran dari reservoir bawah tanah. Karbon dalam bentuk cahaya akan mencari jalan keluar dari tanah atau dasar laut," tambahnya.

Shaffer menambahkan kebocoran CO2 yang mungkin terjadi bisa membawa pemanasan serius dari atmosfer, laut besar naik tingkat dan penipisan oksigen, pengasaman dan konsentrasi CO2 meningkat di laut.

Mengelola kebocoran dapat menjadi beban bagi masyarakat di masa depan setara dengan jangka panjang pengelolaan limbah nuklir.

"Bahaya penyimpanan karbon adalah nyata, dan pengembangan teknik ini tidak boleh digunakan sebagai argumen untuk lanjutan emisi bahan bakar fosil yang tinggi," ingat Shaffer.

Limbah

Halaman - 29 Juli, 2008
Pada setiap tahap dari siklus bahan bakar nuklir menghasilkan limbah nuklir, baik dari pertambangan dan pengayaan uranium, ke pengoperasian reaktor hingga ke tahap pemrosesan kembali bahan bakar nuklir yang telah terpakai. Limbah nuklir ini akan tetap berbahaya selama ratusan tahun, sebagai warisan beracun untuk generasi mendatang.
zoom
Asap hitam membumbung dari transformer listrik yang terbakar di dekat salah satu reaktor nuklir Kashiwazaki-Kariwa.
Penonaktifan fasilitas nuklir juga akan menghasilkan sejumlah besar limbah radioaktif. Kebanyakan situs-situs nuklir dunia membutuhkan pengawasan dan perlindungan berabad-abad setelah penutupan fasilitas-fasilitas tersebut.
Volume global dari bahan baku yang terpakai adalah 220.000 ton selama tahun 2000, dan masih terus bertambah hingga kira-kira 10.000 per tahun. Meskipun mampu menarik investasi bernilai milyaran dollar untuk berbagai pilihan pembuangan limbah, tetapi industri nuklir dan pemerintah telah gagal memberikan solusi yang paling memungkinkan dan berkelanjutan.
Sebagian besar dari proposal yang ada saat ini, terkait dengan limbah nuklir radioaktif tinggi, mengusulkan limbah-limbah tersebut dikubur di dalam tanah dimana situs-situs nuklir berada. Namun pilihan tersebut belum dapat memberi jawaban, apakah kotak penyimpanan, persediaan itu sendiri, atau bebatuan di sekelilingnya mampu memberikan perlindungan yang cukup dan dapat menghentikan radiasi radioaktif dalam jangka wantu yang panjang yang belum dapat diprediksi.
Sebagai contoh adalah rencana industri yang telah diberitakan luas sebagai rencana yang gagal bagi tempat pembuangan limbah nuklir. Lokasi yang diusulkan di Yucca Mountain Nevada, Amerika Serikat. Setelah hampir 20 tahun, melibatkan banyak penelitian dan investasi milyaran dolar, tak satu gram pun dari bahan baku yang telah terpakai, yang saat ini telah dikirim ke situs tersebut dari reaktor-reaktor nuklir di seluruh penjuru Amerika Serikat. Terdapat ketidakpastian pada kecocokan geologis setempat bagi pembuangan limbah di situs yang tersisa, investigasi yang masih berlangsung menunjukan adanya manipulasi data ilmiah dan ancaman tindkan hukum yang dilakukan oleh pemerintah.
Sebagai tambahan dalam masalah pembuangan limbah tingkat tinggi, terdapat sejumlah contoh dari tempat-tempat pembuangan yang telah ada, yang berisikan limbah tingkat rendah, yang telah mengalami kebocorkan bahan radioaktif ke lingkungan. Drigg di Inggris dan CSM di Le Hague, Prancis adalah dua diantaranya.
Saat ini, tidak ada pilihan yang mampu menunjukkan bahwa limbah masih terisolasi dari lingkungan selama puluhan bahkan hingga ratusan ribu tahun. Tidak ada metode yang dapat diandalkan untuk memperingatkan generasi yang akan datang tentang keberadaan dari pembuangan limbah nuklir.

Leave a Reply

 
 

Daftar Blog Saya

Blogger news